Selasa, 29 Mei 2012

men in black

Hai, nama ku Ririn. Aku mau cerita pengalaman temanku and aku sendiri waktu ngekos di daerah Darussalam, Banda Aceh. Cekidot! Disamping kosku ada sebuah genangan air mirip rawa-rawa kecil yang biasanya hanya terisi air pada musim hujan dan sering dimanfaatkan orang untuk memancing ikan. Nah suatu hari di musim kemarau, rawa-rawa itu mengering sehingga kita bisa berjalan ke perumahan di seberangnya. Waktu itu hampir menjelang magrib, dua orang temanku sebut saja Lia dan Wati berjalan melewati rawa tersebut. Awalnya sih tidak ada apa-apa, tapi ketika malam tiba dan semuanya sudah terlelap, Wati tiba-tiba menjerit seperti orang ketakutan. Matanya tertutup tapi ia meronta dengan kuat, sampai-sampai kami (aku dan teman-teman yang lain) kewalahan memegangnya. Ia terus berteriak dalam bahasa daerah kami, yang kira-kira artinya jangan ambil saya, jangan ambil sayaa! Ketika kami berhasil membangunkannya, tiba-tiba ia menjerit lebih keras, dan mengatakan banyak orang-orang hitam di kamarnya. Ada yang ngintip dari jendela, duduk di lemari bahkan disamping kami, dan semuanya seakan-akan marah. Suasana kian mencekam, aku segera menyuruh temanku yang lain memanggil ustad yang kebetulan dekat dengan kos kami. Akhirnya setelah ditenangkan dan diberi doa oleh sang ustadz, situasi kembali normal. Ia pun dilarang main ke rawa-rawa tersebut. Tapi teror belum berakhir... Suatu hari Wati main ke kamar ku yang terletak di lantai dua. Saking asiknya bercerita tak terasa hari hampir magrib. Berhubung di lantai bawah adalah garasi yang lumayan gelap kalau jam segitu, dia pun meminta ku menemaninya sampai di tangga bawah, tapi karena aku malas, aku hanya menunggu ia turun dari tangga atas. Dan ketika ia sampai kebawah ia pun kembali menjerit dan berlari ke kamar! Aku pun panik, segera ku sambar jilbab ku dan turun dengan tergesa-gesa. Dan ketika aku melewati garasi tersebut aku merasa ada yang memperhatikanku, namun aku tak peduli. Segera aku berlari ke kamar Wati, setiba disana aku melihat dia sudah menangis ketakutan dan meringkuk dibawah meja. Seketika itu dia langsung memelukku dan menangis ketakutan. Setelah ia tenang baru ia cerita kalau ketika turun tangga tadi pas lewat garasi ia mendengar suara yang berkata "Bie ouk bacuuut" yang artinya "Minta sedikit rambutnyaaa " padahal ga ada orang disitu! Memang waktu itu dia tidak memakai jilbabnya. Dan dia bilang ketika keluar dari garasi, orang-orang hitam itu sudah berkumpul di depan, berteriak-teriak marah. Akhirnya setelah kejadian itu ia dipulangkan ke kampungnya agar terhindar dari gangguan mahluk halus tersebut. Setelah beberapa hari kepulangannya, aku baru tau dari ibu kos ku, kalo ternyata rawa itu memang angker. Dulu ada sebatang pohon jambu disudut halaman yang terpaksa ditebang karena penghuninya kerap menggangu anak ibu kosku dengan berbagai penampakan, mulai pocong, kunti (yang ini sempat ditonton anak-anak kos dari lantai 2, ketika ia asik duduk di dahan mangga), bungkusan putih bulat yang meloncat-loncat dan juga si hitam. Dan menurut sang ustadz, Wati diganggu karena saat ia melewati rawa-rawa itu dengan tertawa-tawa dan tak sengaja ia menginjak anak orang-orang hitam tersebut. Beberapa waktu kemudian... sekitar jam 9 malam, aku keluar kos mencari makan. Sendirian sih, karena anak-anak lain sudah liburan semua. Bulan purnama yang temaram menerangi jalan setapak menuju kosku. Awalnya tidak ada apa-apa, dengan santainya aku berjalan pulang bahkan pandangan mataku tertuju ke arah rawa-rawa yang terlihat remang-remang. Namun... blass! sekelebat bayangan hitam melintas didepanku. Awalnya ku pikir kucing, namun aku akhirnya sadar bayangan hitam itu berbentuk anak kecil usia 5 tahun! dan ia berlari menembus pagar tepat ke arah pohon jambu yang sudah ditebang itu sambil tertawa... dan reaksiku??? kabuuur... Sekian dulu ceritaku.. maaf kalau ga serem. Masih banyak sih cerita lain, kapan-kapan ku ceritain.

Tidak ada komentar: