Kamis, 01 Agustus 2013

Menghilangkan DEP

DEP atau Data Execution Prevention kadang kala malah menyusahkan kita sebagai pengguna PC. Berikut ini salah satu trik untuk menghilangkan peringatan tersebut.
  • Klik kanan My Computer  pilih propertis
  • pilih advance lalu pilih perfomance lalu setting
  • pilih data execution preventions
  • pilih turn on DEP for all program & service except ...........
  • ceklist beberapa pilihan yang kita inginkan
  • klik ok
  • restart komputer

Rabu, 17 Juli 2013

keajaiban di Indonesia

Api Abadi di jawa timur

Satu lagi keajaiban alam yang ada di Indonesia adalah api abadi. Sesuai dengan namanya, api ini selalu muncul dari dalam tanah dan tak pernah padam, sekali pun hujan mengguyurnya. Jika ingin melihat fenomena yang luar biasa ini, traveler bisa datang ke Kayangan Api, di Bojonegoro, Jawa Timur.

Kayangan api ini dipercaya memiliki nilai-nilai magis oleh masyarakat sekitar. Selain di Kayangan Api, api abadi juga ada di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Madura.

Ternyata tak hanya Jawa Timur, Jawa Tengah juga memiliki api abadi. Dikenal dengan nama Api Abadi Merapen, keajaiban alam ini terletak di Desa Manggarmas, Godong, Grobogan, Jawa Tengah.

Api Abadi Merapen sering digunakan sebagai sumber api obor untuk berbagai acara olahraga di Tanah Air. Sumber api ini juga digunakan untuk upacara hari raya umat Budha, yaitu Waisak. Dari Grobogan, api suci dibawa ke Candi Borobudur yang menjadi tempat pusat peringatan Hari Suci Waisak di Indonesia.

Selasa, 19 Maret 2013

driver motherboard komoputer


Ketika kita membeli komputer second ataupun baru tapi kehilangan CD driver, tentu kita akan kesulitan mencari driver untuk motherboard kita. Beberapa motherboard memang memiliki device driver yang “plug n play“, artinya ketika selesai di instal, semua driver langsung berfungsi dengan baik. Tapi kalau tidak? Tentu kita akan kebingungan mencari driver motherboard kita bila jenis motherboard nya pun kita tidak tahu.
Berikut, beberapa tips untuk menentukan jenis motherboard ataupun menentukan jenis device driver kita:
1. Hidupkan komputer kita, begitu komputer berbunyi “bep” cepat tekan Tombol Pause – Break yang ada di keyboard. Tampilan monitor akan seperti dibawah ini.
Lihat di pojok kiri bawah, dibawah tulisan “Press DEL to run Setup”. Yup! itu adalah jenis motherboard kita. Kita menemukan jenis motherboard kita adalah P2B dengan menggunakan chipset  i440BX. Tulis di kertas, atau hapalkan. Searching di Google untuk menemukan drivernya.
Contoh lain:
Anda menemukan apa jenis motherboard anda? Ya, MCP68. Itu jenis motherboard anda. Sekarang anda bisa cari driver anda di mr.Google.
2. Pada beberapa jenis motherboard, Windows dapat mendeteksi jenis motherboard anda. Ayo kita coba, apakah jenis motherboar anda terbaca di Windows. Lari ke start menu – run. Ketikan dxdiag pada run menu. Maka akan keluar tampilan sebagai berikut.
Anda bisa baca disana:
- System Manufacturer : VIA Technologies, Inc.
- System Model : KT600
Anda bisa mencari di Google dengan keyword VIA KT600, atau KT600 saja.
3. Bila di kedua cara diatas anda tidak menemukan, yang selanjutnya harus anda lakukan adalah membongkar Casing anda untuk melihat jenis motherboard. Beberapa Motherboard menuliskan jenis Motherboardnya di board-nya. Contohnya di bawah ini:
Terlihat jelas tipe motherboard anda ASUS P5W64 WS PRO. Lagi, cari di Google, ataupun situs driver langganan anda.
4. Ini alternatif terakhir. Bila dengan ketiga cara diatas anda tidak menemukan jenis driver anda, berarti anda harus mencari driver masing-masing dengan melihat chipset nya. Untuk menentukan driver VGA, anda melihat chipset VGA, dan untuk menentukan driver Sound, anda melihat chipset Soundnya.
Gambar di atas adalah Chipset Sound, jenis sound anda adalah ES6698FD.
Demikian tips dari saya untuk mengetahui jenis motherboard dan menemukan driver motherboard anda. Semoga membantu.

Mengetahui 32 bit atau 64 bit pada komputer


Windows telah merilis berbagai versi untuk menyesuaikan diri dengan pesatnya perkembangan dunia Hardware , hal ini tentu agar sistem operasi bisa menangani kinerja hardware tersebut. Dulu, RAM 1 GB sudah besar dan sudah bisa ditangani dengan baik oleh windows xp 32bit, tetapi sekarang RAM 8 GB sudah dengan sangat mudah dan murah untuk didapat. Nah, dengan komposisi RAM seperti itu , jelas tidak akan bisa terbaca dengan baik oleh windows 32-bit  versi apapun, dan tentunya dibutuhkan windows versi 64-bit agar RAM sebesar itu bisa terdeteksi dengan baik. Sekarang bagaimana Cara Mengetahui Windows 32-bit  deengan 64-bit  ?. yoo dilanjuut bacanya….. .

Bit computer menentukan seberapa banyak data dapat diproses, Di system operasi Windows XP, 32-bit dan 64-bit adalah yang paling sering digunakan. Semakin tinggi hitungan bit yang digunakan, maka makin cepat komputer dapat memproses data. Penting juga untuk mengetahui apakah komputer menggunakan system 32-bit atau 64-bit, sehingga ketika Anda menginstal program, aplikasi dan driver, maka Anda akan merasa pasti bahwa apa yang di-instal kompatibel dengan versi Windows Anda.
Cara mengetahui bit system operasi yang digunakan :

Menggunakan System Properties
  1. Klik menu “Start” Windows dan klik “Run” dan akan muncul command box. Ketikkan “sysdm.cpl” (tanpa tanda petik) dan tekan Enter hingga muncul dialog box System Properties.
  2. Klik tab “General”. Anda akan melihat informasi mengenai system operasi Anda. Jika Anda memiliki komputer yang berjalan di system 64-bit, maka Anda akan melihat tulisan “Windows XP Professional x64 Edition Version” di bawah “System“. Jika komputer berjalan di system 32-bit, maka Anda hanya akan melihat “Windows XP” (home or professional) di bawah “System” .
  3. Tutup dialog box “System Properties“.
Menggunakan jendela System Information
  1. Klik menu “Start” Windows, klik “Run” untuk launching command box.
  2. Ketik “winmsd.exe” (tanpa tanda petik) dan tekan Enter hingga muncul jendela System Information
  3. Klik “System Summary” di panel navigasi dan lokasikan “Processor” di bawah “Item” di detailnya.
  4. Jika value processor mulai dengan x86, maka komputer Anda berjalan dengan  versi 32-bit JIka value processor mulai dengan  ia64 atau AMD64, maka komputer Anda berjalan di system Windows 64-bit.
  5. Tutup jendela System Information.
Demikian Cara Mengetahui Wndows 32-bit dengan 64-bit . Semoga bermanfaat.

Sabtu, 16 Maret 2013

ada apa ini

entah kenapa beberapa bulan terakhir ini, blog bambang erwanto mengalami kemundura.
biasanya sekali ketik kata kunci "bambang erwanto" blog ini akan terlihat di halaman pertama mesin pencari "google". tapi sekarang kenapa tampil di halaman keenam ya.
saya mencoba menganalisis kejadian sebelum blog ini berpindah posisi.
1. Satu yang pernah saya lakukan adalah sempat mngotak atik privaci akun, disana saya sempet mengubah kalo ga salah saya ubah supaya tidak bisa dicari di mensin pencari "google. tapi permasalahannya beberapa bulan kemudian lembali saya normalkan. apakah ini berpengaruh?
2. untuk terus update di blog. saya beberapoa bulan lalu sering kopi paste sebuah literatur di internet. ga tanggung tanggung, sehari bisa update sampai 10 Entri. apakah google bisa mendeteksi kopi pasti seperti ini dan berpengaruh pada penilaian hak cipta? hehehehehehehehe
3.saya pernah mengganti gambar profil dan upload poto pada google +. setelah itu, gam,bar blog saya tidak pernah muncul; lagi pada mesin pencari "google".


Rabu, 13 Maret 2013

11 Maret 2013

horeeeeeeeeee

selamat ya, kita telah melangkah detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan, hanya untuk menyatukan prinsip hidup dan saling memahami dan menyayangi satu sama lain. semoga ini merupakan awal dari sebuah rencana besar. Sebuah rencana besar yang telah kita rancang dan akan kita jalani dan kita selesaikan dengan akhir yang indah.

Pilihan hidup selalu ada, dan kita telah memilih yang tebaik untuk satu sama lain. semoga pilihan itu mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Merdekaaaaa..........!!!!!!!!!
big hughhhhhhhh..................

Kamis, 07 Maret 2013

googlece672de36aa32b29.html

googlece672de36aa32b29.html

Special day

HAPPY BIRTHDAY TO ME.

ga kerasa umur saya udah 25 tahun.
hihihihihihi, semoga disisa umur ini, mendapatkan barokah dan bisa menjadi lebih baik lagi, baik dari segi kesuksesan dunia maupun akhirat.
dan terimakasih juga buat sahabat dan temen yang sudah ngasih ucapan dan memberikan doa kepada saya. Amien ya Allah semoga doa mereka terkabul dan tentunya bukan hanya kepada saya doa itu, tetapi juga untuk kebaikan kita semua.

untuk keluarga yang telah memberikan apresiasi yang sangat besar, yang memberikan doa dan harapan. terimakasih dan sembah baktiku untuk kedua orang tuaku dan semua keluargaku.

ehm ehmmm, yang satu ini spesial..
buat yang saat ini menjadi someone di hatiku.
terimakasih ya..........
you are my everything.






Kamis, 28 Februari 2013

Prioritas dan kebanggan hidup

Dari beberapa artikel yang telah saya baca, maka ada sedikit kesimpulan yang bisa saya dapatkan.
lebih sedikit ke sebuah permainan yang bila kita jujur dalam mempraktekkanya maka kita bisa mengetahui, apakah yang menjadi kebanggaan kita hidup di dunia. Bukan untuk mencari mana yang lebih baik, tapi hanya untuk mengetaui, sampai dengan detik ini, apakah yang telah kita banggakan.

ketika kita diberikan beberapa pilihan, maka kita akan memilih apa yang menjadi kebiasaan atau apa yang kita sukai, sama halnya dengan beberapa pertanyaan yang akan saya berikan kepada anda.

dari beberapa pilihan di bawah ini, pilihlah mana yang menjadi prioritas hidup anda.
jika perlu urutkan apa yang mejadi urutan pertama sampai dengan yang terakhir.

  1. BANYAK UANG
  2. KEDUDUKAN
  3. UNTUNG
  4. KEKAYAAN ALAM
  5. SAYANG ALLAH
dari beberapa pilihan di bawah ini, pilihlah mana yang menjadi kebanggan hidup anda
jika perlu urutkan apa yang mejadi urutan pertama sampai dengan yang terakhir.

  1. KERJA KERAS
  2. BANYAK UANG
  3. KEDUDUKAN
  4. UNTUNG
  5. MURAH HATI
  6. CINTA ISLAM
  7. SAYANG ALLAH
jadi setelah didapatkan mana yang menjadi pilihan kita. mari kita lihat, nilainya.
Apa yang menjadi kepuasan hidup dan kebanggaan hidup seseorang apabila harapan mereka dapat tercapai sebesar 100, dalam hitungan persen angka 100 bisa diartikan dalam 100 gelas sudah terisi semuanya.
untuk mengetahui apakah pilihan kita sudah bisa memuaskan kita atau mencapai angka 100. 
perhatikan rumus dibawah ini.

Jika kita memberi nilai A = 1, B = 2, dan seterusnya sampai Z = 26.

maka jumlahkanlah pilihan pilihan anda tadi menggunakan rumus diatas.
berapakah nilai sesuatu yang menjadi pilihan anda.

Sekian permainan ini saya buat. jika ada kritikan yang bisa menyempurnakannya, monggo dikomentari. hehehehehehehehe.












































bukti ilmiah Al-Quran tentang Pembatas di samudera


Siapa yang tidak kenal dengan laut?. Tentunya semua orang tahu tentang air yang terasa asin ini. Dari lautanlah kebutuhan sebagian manusia terpenuhi. Baik itu mengenai ikan-ikan yang dikonsumsi atau dijadikan obat, penghasil garam sebagai penyedap masakan atau sebagai tempat dieksplorasinya minyak bumi, dan lain sebaginya. Namun, tahukah sobat bahwa ternyata di lautan yang sangat luas itu ada dua lautan yang di antara lautan itu ada batas yang tidak akan dilewati oleh masing-masing lautan?. Hal inilah yang akan coba saya share untuk sobat blogger dan netter sekalian. Namun kali ini saya akan menguraikan bahwa pendapat akan keberadaan dua lautan ini berdasarkan al-Qur'an yang kemudian dibuktikan dengan ilmu pengetahuan modern.
Allah swt berfirman:
مرج البحرين يلتقيان ( 19 ) بينهما برزخ لا يبغيان ( 20 )
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing " (QS. ar-Rahman: 19-20)
Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk kebutuhan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu. seperti terusan Suez dan terusan Panama.
Namun menurut sumber lain bahwa dalam kata "Barzakh" adalah mengadung arti pembatas atau pemisah. Hal ini bukan berarti pembatas secara fisik. Kata"Maraja" secara harfiah berarti "saling bertemu" dan bercampur. Namun ahli tafsir terdahulu belum dapat menjelaskan arti dari dua kata tersebut, yakni keduanya bertemu dan bercampur sekaligus ada pembatas di antara keduanya.Pembatas ini memiliki dua lautan, sehingga masing-masing lautan memiliki suhu, keasinan, dan konsentrasi masing-masing. Dalam hal ini penyebutan kata"oceanolog" mungkin menjadi kata yang tepat dalam pembahasan ini. Ada pembatas air yang tak terlihat antara dua laut di lautan. Melalui pembatas itu, air dari satu lautan melewati yang lain.
Tetapi ketika air dari satu lautan memasuki lautan yang lain, ia kehilangan sifat khususnya dan menjadi satu dengan air yang lain. Dengan cara ini pembatas tersebut menjadi pemersatu transisional untuk air dan dua samudra. Fenomena ilmiah menurut al-Qur'an inipun ditegaskan oleh Dr. William Hay yang dikenal sebagai ilmuwan kelautan dan profesor ilmu geologi di Universitas Colorado, Amerika Serikat. Fenomena ini terjadi di beberapa tempat, termasuk pemisah antara laut Mediterania dan laut Atlantik di Gibraltar. Laut Mediterania dan laut Atlantik berbeda kandungan kimia dan biologisnya.
Ada hal menarik bahwa al-Qur'an menginformasikan mengenai fenomena alam ini sejak 1400 tahun yang lalu, ketika segalanya masih sangat terbatas termasuk dalam hal ilmu pengetahuan, namun baru diketahui fakta atau kebenaran di masa kini. Mungkinkah seorang Muhammad sempat menimba ilmu kelautan? Atau menjadi professor geologi? Tentu tidak. Ia tetaplah seorang yang menyampaikan wahyu kepada umatnya. Ketika masa itu belum berkembang ilmu pengetahuan yang pesat seperti sekarang ini, maka Allah sebagai pencipta alam semesta ini tentulah mengetahui atas apapun yang terjadi di muka bumi dan informasi ini tentulah bukan dari manusia, melainkan dari Allah, Tuhan semesta alam. Semoga bermanfaat.
Sumber: Einstein Aja Baca Qur'an : 43 Keajaiban Ilmu Pengetahuan Yang Terkandung Dalam Al-Qur'an , karya MD. Anisurrahman. Yogyakarta: Balqist

Tafsir Al Baqarah ayat 30


Surat Al-Baqarah Ayat 30

وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menjadikan di bumi seorang khalifah". Mereka berkata: "Mengapa Engkau akan menjadikan di bumi (khalifah) yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menguduskan-Mu?" Dia berfirman: "Sungguh Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui" .]
And when your Lord said to the angels, I am going to place in the earth a khalif, they said: What! Wilt Thou place in it seperti shall make mischief in it and shed blood, dan we celebrate Thy praise and extol Thy holiness? He said: Surely I know what you do not know .]

1). Di ayat 28, Allah menjelaskan asal-usul manusia beserta alam-alam yang menjadi tujuan-tujuan eksistensialnya, yang berakhir pada: ثم إليه ترجعون [ tsumma ilayhi turja'uwn , kemudian (pada akhirnya) kepada-Nya-lah kalian dikembalikan ]. Sementara di ayat 29, Allah menjelaskan perjalan ruhani yang sejatinya dilewati oleh tiap individu manusia, yang dimulai dari bumi, dari dunia material, dari tubuh biologis, untuk selanjutnya beranjak menuju ke 'langit'dengan melintasi tujuh lapis' langit '. Seluruh isi al-Qur'an (individual ataupun sosial, personal ataupun ideologis, moral ataupun politis) bermuara ke kedua jenis perjalanan ini: perjalanan eksistensial (ayat 28) dan perjalanan spiritual (ayat 29). Artinya, seluruh gagasan sosial, ideologi, dan politik manusia harus sejalan (dan sekaligus menjadi bagian) dari kedua jenis perjalanan tersebut. Dan agar tidak menyimpang, agar tetap berada pada Shiratal-Mustaqim (Jalan Lurus), manusia mutlak membutuhkan PETUNJUK: yang  maktub (terkonseptualisasi) dan yang  maf'ul (teraktualisasi)-lihat kembali S. al-Fatihah ayat 6 dan 7. Yang  maktub (terkonseptualisasi) adalah Kitab Suci, sedangkan yang  maf'ul (teraktualisasi) adalah sosok tokoh yang perjalanan spiritualnya telah mencapai Sidratul Muntaha, dan jangkauannya itu mendapatkan pengakuan dari Sang Pemangku  'arasy , yaitu Allah. Sehingga penentuan dan penunjukan sosok tokoh ini benar-benar menjadi domain mutlak dari Allah  Rabbul 'alamin . Apakah ini suatu bentuk diktatorisme dari Allah? Tidak.Berikut adalah Rahman-Nya kepada manusia karena tidak ingin ada hamba-Nya yang tertutup hatinya (ayat 6 dan 7) serayamembiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan (ayat 15), terjebak ke dalam lembah kerugian (ayat 16) dan melihat mereka hidup tersiksa dalam kegelapan (17-20), tanpa cahaya . Sehingga siapa saja nantinya yang tertutup hatinya, kemudian hidup dalam kegelapan dan kesesatan, maka itu semata karena pilihan sadarnya sendiri.

2). Dalam rangka penentuan dan penunjukan sosok inilah Allah menurunkan ayat 30 ini. Allah membuat dan sekaligus memaklumatkan 'gagasan-besar' ini kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menjadikan di bumi seorang khalifah" . Isi informasi ini sangat jelas, tegas, dan gamblang:  seorang khalifah , bukan dua atau banyak orang. Jabatannya juga jelas: Khalifah,bukan Nabi bukan Rasul. Tempat dan wilayah kekuasaannya juga jelas:  di bumi , dan bukan di planet, di galaksi atau di semesta lain. Hal yang sama juga terjadi pada pelaku yang punya prerogatif mengangkat  khalifah tersebut; bentuk katanya jelas dan terang benderang, yaitu إني ( inniy, sungguh  Aku ) dan bukan إنا ( inn ā , sungguh  Kami ). Kata إني ( inniy, sungguh  Aku ) adalah gabungan dari kata إن ( inna, sungguh ) dan أنا ( ana, aku ), sehingga huruf ي ( ya ' ) yang ada di sana adalah kata ganti ( dhamir ) dari kata أنا ( ana, aku ), yang ahli bahasa menyebutnya  mutakallim mufrad (pembicara tunggal).Semua itu menunjukkan dengan sangat tegas-tanpa membuka peluang lain-bahwa penentuan dan penunjukan  kahlifah adalah murni otoritas dan Prerogative tunggal Allah. Alasan  aqli -nya; bagaimana mungkin manusia yg punya banyak kekurangan, cenderung memperturutkan hawa nafsunya, punya interes pribadi dan subyektivitas yang tinggi itu memilih manusia paling sempurna di antara mereka? Bagaimana mungkin makhluk yang Allah sendiri menyebutnya sungguh manusia itu amat zalim dan amat bodoh (33:72), memilih  khalifah Allah di antara mereka, sekalipun seluruh kepala berkumpul dan bermusyawarah untuk itu. Singkatnya, bagaimana mungkin orang yang tak mengenal Tuhannya dengan sempurna memilih salah seorang di antara mereka yang pantas menjadi kekasih Tuhan. Itu sebabnya, manusia sangat sering kecewa pada hasil pilihannya sendiri, karena dulu mereka menyangkanya hebat dan luar biasa, tapi ternyata-setelah berlalunya waktu-pilihannya itu pecundang dan hipokrit; alih-alih memikirkan kepentingannya rakyatnya, malah cuma memikirkan kepentingan kelompok dan kontinyuitas dinastinya.

3). Ada yang mengatakan bahwa kata  khalifah di ayat ini adalah tentang manusia secara keseluruhan. Sehingga, untuk mereka, informasi Allah kepada para malaikat tersebut adalah pemberitahuan tentang akan diciptakannya makhluk baru yang bernama "manusia" yang akan melaksanakan tugas sebagai  khalifah Allah di bumi. Coba bandingkan dengan dua ayat berikut ini:
وإذ قال ربك للملائكة إني خالق بشرا من صلصال من حمإ مسنون
Artinya: " Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menciptakan  basyaran(manusia biologis) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk '. " (15:28)
إذ قال ربك للملائكة إني خالق بشرا من طين
Artinya: "(Ingatlah) tatkala  Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menciptakan  basyaran (manusia biologis) dari tanah ' . "(38:71)
Perbedaan antara 2:30 dan kedua ayat ini (15:28 dan 38:71):  Pertama , di 2:30 menggunakan kata جاعل ( jā'ilun, yang menjadikan ), sementara di 15:28 dan 38:71 menggunakan kata خالق ( kh ā liqun, yang menciptakan ). Keduanya masing-masing merupakan bentuk  ā 'il (pelaku) dari kata جعل ( ja'ala , menjadikan) dan kata خلق ( khalaqa , menciptakan). Pengertian خلق (khalaqa , menciptakan) dan جعل ( ja'ala , menjadikan) sudah pernah kita bahas di ayat 22 poin 1.  Kedua , di 2:30 objeknya disebut dengan tegas:  Khalifah; sementara di 15:28 dan 38:71 objeknya juga disebut dengan tegas:  basyar .  Ketiga , identitas  Khalifah disebut di 2:29 sebagai sosok tokoh yang telah berhasil mencapai Sidratul Muntaha setelah sebelumnya melewati tujuh lapis 'langit'; sedangkan asal-usul  basyar dengan gamblang disebut berasal  dari lumpur hitam yang diberi bentuk(15 : 28) dan  dari tanah (38:71). Keempat , ayat 2:30 menyebut keterangan tempat, di bumi, sebagai wilayah efektivitas kekuasaan Sang  Khalifah , sedangkan di 15:28 dan 38:71 tidak menyebutkannya sama sekali. Kelima , Surat al -Baqarah (2) turun di Madinah, sementara Surat al-Hijr (15) dan Surat Shad (38) keduanya turun di Mekah.
Dari kelima jenis perbedaan itu, bisa disimpulkan bahwa keduanya juga memiliki maksud yang bebeda. Di 15:28 dan 38:71, Allah mendeklarasikan penciptaan manusia, makhluk baru yang berkedudukan lebih tinggi dari malaikat, karena kepadanya ditiupkan Ruh-Nya: " Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku; maka kalian tunduk kepadanya seraya bersujud . "(15:29 dan 38:72). Sementara di 2:30 Allah memaklumatkan pucuk pimpinan dari manusia tersebut agar mereka tidak tersesat. Karena sementara nanti tidak mengakui dan mengikuti  Khalifah pilihan Allah ini, yang merupakanpemimpin ilahi baginya, niscaya mereka (manusia  basyar ) akan dipimpin oleh  pemimpin duniawi yang hanya akan mengejar kepentingan sesaat.
Dalam konteks inilah, agar tidak salah paham, Allah menyuruh Nabi memberitahukan kepada seluruh manusia: " Katakanlah (Muhammad): "Sesungguhnya aku ini seorang  basyar (manusia biologis) seperti kalian, (hanya saja) diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kalian itu adalah Tuhan Yang Esa . Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya '. "(18:110) Dari ayat ini bisa dipahami bahwa  Khalifah adalah bentuk  takhsĭs (spesialisasi) dari  manusia basyar, setelah Allah memilihnya secara ekslusif, dengan tugas yang juga ekslusif, yaitu memandu manusia mengerjakan amal saleh dan enghindarkan mereka dari perbuatan  syirik (mempersekutukan Rab-nya).

4). Penggunaan kata جاعل ( jā'ilun, yang menjadikan ), yang merupakan bentuk  ā 'il (pelaku) dari kata kerja جعل ( ja'ala , menjadikan ), menunjukkan bahwa pelaku telah mengeluarkan diri dari ikatan waktu tertentu, sehingga perbuatan tersebut bersifat  mudāwamah (berulang-ulang) dan  istimrār (berkelanjutan,  continuous ). Artinya, setiap saat Allah senantiasa menunjuk dan mengangkat seorang  khalifah di bumi ini sehingga bumi tidak pernah kosong dari  pemimpin ilahi.Kehadirannya sekaligus menjadi  hujjah (argumen) untuk Allah untuk menolak keberatan manusia. Sehingga manusia tidak lagi punya dalih saat nanti (di akhirat) mereka menyadari ketersesatannya dulu di dunia yang menyebabkan mereka hidup dalam penderitaan dan siksaan yang pedih (neraka). "...  Setiap kali dilemparkan ke dalam (neraka) sekelompok orang. Penjaganya (selalu) bertanya kepada mereka: 'Apakah belum pernah datang kepada kalian (dulu di dunia) seorang pemberi peringatan?'Mereka menjawab: 'Memang ada. Sungguh benar telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, namun kami mendustakan (nya) dan kami katakan (kepadanya): 'Allah tidak menurunkan sesuatu, kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar'. "(67:8-9)
Para  khalifah yang ada di zaman mereka masing-masing inilah yang dimaksud ayat ini: " Kami telah menjadikan mereka itu sebagai  imam (pemimpin ilahi) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. "(21:73)

5). Ekslusifitas  Khalifah yang dimaksud lebih dipertegas lagi oleh jawaban para malaikat: Mengapa Engkau akan menjadikan di bumi (khalifah) yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menguduskan-Mu? Jawaban ini bukan hasil pengalaman malaikat terhadap prilaku 'manusia sebelumnya'. Malaikat tidak mengenal istilah "pengalaman" karena mereka bukan makhluk ruang-waktu, sementara kata "pengalaman" menunjukkan peristiwa masa lalu yang menyeruak masuk ke dalam kesadaran kekinian dan kedisinian kita. Keberatan para malaikat ini adalah negasi terhadap tugas  khalifah . Bahwa yang namanya  khalifah itu tidak mungkin membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. Bahwa yang namanya  khalifah itu mustahil mengisolasi, menyiksa, memenjarakan, membunuh, apalagi membantai dengan sadis orang-orang yang tak bersalah, orang yang hanya beda pandangan politik dengannya. Bahwa yang namanya  khalifah itu pantang baginya menyebarkan fitnah, berita-berita bohong, dan benih-benih permusuhan di tengah-tengah masyarakat demi mengambil keuntungan politik dan ekonomi dari perpecahan itu. Yang namanya  khalifah itu haram baginya memobilisasi pasukan perang untuk menyerang pihak lain atau menduduki Negara lain, karena hal itu selain menimbulkan korban jiwa juga kerusakan infrastruktur kehidupan yang tak terperikan. Karena khalifah adalah wakil Tuhan di bumi untuk menegakkan keadilan dan menjauhkan manusia dari saling menzalimi satu sama lain. Itu sebabnya, kalimat malaikat berikutnya adalah sebuah afirmasi:  padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menguduskan-Mu . Artinya, kalau malaikat saja yang bersujud kepada  khalifah tersebut kerjanya hanya bertasbih, memuji dan meguduskan Rab-nya, apalagi seorang Khalifah . Tugas  khalifah adalah mengorientasi agar seluruh lini kehidupan manusia (individu maupun sosial, personal ataupun ideologis, moral ataupun politis) menjadi  tasbih (penyucian) , tahmid (pemujian) , dan taqdis (pengudusan) kepada Rab-nya.

6). Atas keberatan malaikat, Allah menjawab:  "Sungguh Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui" . Jawaban Allah mengandung tiga hal:  pertama , jawaban apapun (negasi atau afirmasi) harus selalu berdasarkan ilmu. Menolak sesuatu harus dengan ilmu. Menerima sesuatu pun harus dengan ilmu. Jadi tidak ada tempat untuk dogma. Sehingga jawaban yang benar selalu berada pada pihak yang أعلم ( a'lam , memiliki ilmu) seperti jawaban Tuhan tersebut.  Kedua , segala sesuatu pasti ada ilmunya.Kalau manusia atau malaikat tidak mengetahuinya, maka Allah mengetahuinya. Perhatikan, saat Allah menyebut diri-Nya أعلم (a'lam , memiliki ilmu), langsung menyusulnya dengan kalimat ما لا تعلمون ( ā ā ta'lamuwn, apa-apa yang kalian tidak punya ilmu tentangnya).  Ketiga , melalui jawaban ini , Allah memperlihatkan bahwa hirarki eksistensial yang paling rasional bukan yang berdasarkan ekonomi, industri, kekuasaan politik, aristokrasi, pemilih terbanyak, umur, senioritas, dan sebagainya, tetapi yang berdasarkan ilmu. Berdasarka ketiga hal inilah sehingga seorang khalifah memiliki landasan paling rasional untuk membimbing dan memimpin manusia pada zamannya masing-masing.

AMALAN PRAKTIS
Tidak ada manusia yang tidak berada dalam wilayah kekuasaan tertentu. Karena tidak ada manusia normal manapun yang bisa hidup seorang diri. Manusia adalah zoon politicon (hewan sosial), kata seorang pilosof. Yang ada adalah, manusia hidup dalam wilahyah kekuasaan ilahiah atau wilayah kekuasaan syaithaniah, hizbullah atau hizbussyaithan Agar Anda tidak terjebak masuk ke dalam wilayah hizbussyaithan , maka Allah memilihkan Anda Khalifah . Maka kenalilah khalifah Anda sebelum kembali kepada-Nya.

Al-Baqarah ayat 30


        

 و إذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء و نحن نسبح بحمدك و نقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
[30] Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau?Dia berkata: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

7 versi kematian Syekh Siti Jenar




Mendiskusikan tentang wafatnya Syekh Siti Jenar memang cukup menarik. Sebagaimana banyaknya versi yang menjelaskan tentang asal-usul dan sosol Syekh Siti Jenar, maka demikian pula halnya pada varian versi yang menjelaskan tentang proses kematiannya. Secara umum kesamaan yang diperlihatkan oleh berbagai literatur seputar kematian Syekh Siti Jenar hanyalah yang berkaitan dengan waktunya saja, yakni pada masa kerajaan Islam Demak di bawah pemerintahan Raden Fatah sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI. Tentu hal ini juga masih mengecualikan sebagian kisah versi Cirebon, yang menyebutkan bahwa wafatnya Syekh Siti Jenar terjadi pada masa Sultan Trenggono. Sedangkan yang terkait dengan proses kematiannya, berbagai sumber yang ada memberikan penjelasan yang berbeda-beda. Sampai saat ini, paling tidak ada beberapa asumsi (tujuh versi) mengenai proses meninggalnya Syekh Siti Jenar.

Versi Pertama
Bahwa Syekh Siti Jenar wafat karena dihukum mati oleh Sultan Demak, Raden Fatah atas persetujuan Dewan Wali Songo yang dipimpin oleh Sunan Bonang. Sebagai algojo pelaksana hukuman pancung adalah Sunan Kalijaga, yang dilaksanakan di alun-alun kesultanan Demak. Sebagian versi ini mengacu pada " Serat Syeikh Siti Jenar "oleh Ki Sosrowidjojo.

Versi Kedua
Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Sunan Gunung Jati.Pelaksana hukuman (algojo) adalah Sunan Gunung Jati sendiri, yang pelaksanaannya di Masjid Ciptarasa Cirebon. Mayat Syekh Siti Jenar dimandikan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Giri, kemudian dimakamkan di Graksan, yang kemudian disebut sebagaiPasarean Kemlaten. Hal ini tercantum dalam Wawacan Sunan Gunung Jati Pupuh ke-39 terbitan Emon Suryaatmana dan TD Sudjana ( alin bahasa pada tahun 1994). 

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudirman Tebba (2000: 41), Syekh Siti Jenar dipenggal lehernya oleh Sunan Kalijaga. Pada awalnya mengucur darar berwarna merah, kemudian berubah menjadi putih. Syekh Siti Jenar kemudian berkata: " Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya ". Kemudian tubuh Syekh Siti Jenar naik ke surga seiring dengan kata-kata: " Jika ada seorang manusia yang percaya kepada kesatuan selain dari Allah Yang Mahakuasa, dia akan kecewa, karena dia tidak akan memperoleh apa yang dia inginkan ". 

Untuk kisah yang ada dalam versi pertama dan kedua masih memiliki kelanjutan yang hampir sama. 

Sebagaimana dikemukakan dalam Suluk Syekh Siti Jenar, disebutkan bahwa setelah Syekh Siti Jenar meninggal di Krendhawasa tahun Nirjamna Catur Tunggal (1480 M. Tahun yang tentu saja masih terlalu dini untuk kematian Syekh Siti Jenar), jenazahnya dibawa ke Masjid Demak, karena saat itu magrib tiba , maka pemakaman dilakukan esok paginya agar bisa disaksikan oleh raja. Para ulama sepakat untuk menjaga jenazah Syekh Siti Jenar sambil melafalkan pujian-pujian kepada Tuhan. Ketika waktu shalat tiba, para santri berdatangan ke masjid. Pada saat itu tiba-tiba tercium bau yang sangat harum, seperti bau bunga Kasturi. Selesai shalat para santri diperintahkan untuk meninggalkan masjid. Tinggal para ulama saja yang tetap berada di dalamnya untuk menjaga jenazah Syekh Siti Jenar. 

Bau harum terus menyengat, oleh karena itu Syekh Malaya mengajak ulama lainnya untuk membuka peti jenazah Syekh Siti Jenar. Tatkala lemari itu terbuka, jenazah Syekh Siti Jenar memancarkan cahaya yang sangat indah, lalu muncul warna pelangi memenuhi ruang masjid. Sedangkan dari bawah lemari memancarkan sinar yang sangat terang, bagaikan siang hari. 

Dengan gugup, para ulama mendudukkan jenazah itu, lalu bersembah sujud sambil menciumi tubuh tanpa nyawa itu bergantian sampai ujung jari.Kemudian jenazah itu kembali dimasukkan ke dalam lemari, Syekh Malaya terlihat tidak berkenan atas tindakan rekan-rekannya itu. 

Dalam Suluk Syekh Siti Jenar dan Suluk Walisanga dikisahkan bahwa para ulama telah berbuat curang. Jenazah Syekh Siti Jenar diganti dengan bangkai anjing kudisan. Jenazah itu dimakamkan mereka di tempat yang dirahasiakan. Kotak jenazah diisi dengan bangkai anjing kudisan. Bangkai itu dipertontonkan keesokan harinya kepada masyarakat untuk mengisyaratkan bahwa ajaran Syekh Siti Jenar adalah sesat. 

Digantinya jenazah Syekh Siti Jenar dengan bangkai anjing ini ternyata diketahui oleh salah seorang muridnya bernama Ki luntang. Dia datang ke Demak untuk menuntut balas. Maka terjadilah perdebatan sengit antara Ki luntang dengan para Wali yang berakhir dengan kematiannya. Sebelum dia mengambil kematiannya, dia menyindir kelicikan para Wali dengan mengatakan (Sofwan, 2000: 221):

"... Luh ta payo totonen derengsun manthuk, yen wus mulih Salinen, bangke sakarepmu dadi. Khadal, kodok, rase, luwak, kucing Kuwuk kang gampang lehmu sandi, upaya sadhela entuk, wangsul sinantun gajah, sun pastheake sira nora bisa luruh reh tanah jawa ton ana ... "

... Nah silahkan lihat diriku yang hendak menjemput kematian. Jika nanti aku mati, kau bisa mengganti jasadku sekehendakmu, kadal, kodok, rase, luwak atau kucing tua yang mudah kau peroleh. Tapi, jika ingin mengganti dengan gajah, kau pasti tidak akan bisa karena di tanah Jawa tidak ada ... "

Seperti halnya sang guru, Ki luntang pun mati atas kehendaknya sendiri, berkonsentrasi untuk menutup jalan hidup menuju pintu kematian.

Versi Ketiga
Bahwa Syekh Siti Jenar meninggal karena dijatuhi hukuman mati oleh Sunan Giri, dan algojo pelaksana hukuman mati tersebut adalah Sunan Gunung Jati. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa vonis yang diberikan Sunan Giri atas usulan Sunan Kalijaga (Hasyim, 1987: 47).

Dikisahkan bahwa Syekh Siti Jenar memiliki sebuah pesantren yang banyak muridnya. Namun sayang, ajaran-ajarannya dianggap sesat dan keluar dari ajaran Islam. Ia mengajarkan tentang keselarasan antara Tuhan, manusia dan alam (Hariwijaya, 2006: 41-42).

Hubungan manusia dengan Tuhannya diungkapkan dengan "Manunggaling kawula-gusti "dan" Curiga manjing Warangka ". Hubungan manusia dengan alam diungkapkan dengan " Mengasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi ", dan" Hamemayu Hayuning Bawana ", yang bermuara pada pembentukan" jalma Sulaksana "," Al-insan Al-kamil ","Sarira Bathara "," Manusia Paripurna " , " Adi Manusia "yang imbang lahir batin, jiwa-raga, intelektual spiritual, dan kepala dadanya. 

Konsep manunggaling kawula gusti oleh Syekh Siti Jenar disebut dengan " uninong aning unong ", saat sepi senyap, hening, dan kosong.Sesungguhnya Zat Tuhan dan zat manusia adalah satu, manusia ada dalam Tuhan dan Tuhan ada dalam manusia. 

Sunan Giri sebagai ketua konferensi, setelah mendengar penjelasan dari berbagai pihak dan bermusyawarah dengan para Wali, memutuskan bahwa ajaran Syekh Siti Jenar itu sesat. Ajarannya bisa merusak moral masyarakat yang baru saja mengenal Islam. Karenanya Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati. 

Syekh Siti Jenar masih diberi kesempatan selama setahun untuk memperbaiki kesalahannya sekaligus menanti berdirinya Negara Demak secara formal, karena yang berhak menentukan hukuman adalah pihak negara (Widji saksono, 1995: 61). Kalau sampai waktu yang ditentukan ia tidak mengubah pendiriannya, maka hukuman tersebut akan dilaksanakan.

Sejak saat itu, pesantren Syekh Siti Jenar ditutup dan murid-muridnya pun bubar, menyembunyikan diri dan sebagian masih mengajarkan ajaranwahdatul wujud meskipun secara sembunyi-sembunyi. Setelah satu tahun berlalu, Syekh Siti Jenar ternyata tidak berbubah pendiriannya. Maka dengan terpaksa Sunan Gunung Jati melaksanakan eksekusi yang telah disepakati dulu. Jenazah Syekh Siti Jenar dimakamkan di lingkungan keraton agar orang-orang tidak memujinya.

Versi Keempat
Syekh Siti Jenar wafat karena vonis hukuman mati yang dijatuhi Sunan Giri sendiri. Peristiwa kematian Syekh Siti Jenar versi ini sebagaimana yang dikisahkan dalam Babad Demak . Menurut babad ini Syekh Siti Jenar meninggal bukan karena kemauannya sendiri, dengan kesaktiannya ia dapat menemui ajalnya, tetapi dia dibunuh oleh Sunan Giri. Keris ditusukkan sampai tembus ke punggung dan mengucurkan darah berwarna kuning.Setelah mengetahui bahwa suaminya dibunuh, istri Syekh Siti Jenar menuntut bela kematian itu kepada Sunan Giri. Sunan Giri menghiburnya dengan mengatakan bahwa dia bukan yang membunuh Syekh Siti Jenar tetapi dia mati atas kemauannya sendiri. Diberitahukan juga bahwa suaminya kini berada di dalam surga. Sunan Giri meminta dia melihat ke atas dan di sana dia melihat suaminya berada di surga dikelilingi bidadari yang agung, duduk di singgasana yang berkilauan (Sofwan, 2000: 218).

Kematian Syekh Siti Jenar dalam versi ini juga dikemukakan dalamBabad Tanah Jawa yang disandur oleh S. Santoso, dengan versi yang sedikit memiliki perbedaan. Dalam babad ini disebutkan Syekh Siti Jenar terbang ke surga, tetapi badannya kembali ke masjid. Para ulama takjub karena dia dapat terbang ke surga, namun kemudian marah karena badannya kembali ke masjid. Melihat hal yang demikian, Sunan Giri kemudian mengatakan bahwa tubuhnya harum ditikam dengan sebuah pedang, kemudian dibakar.Syekh Maulana kemudian mengambil pedang dan menikamkannya ke tubuh Syekh Siti Jenar, tetapi tidak mempan. Syekh Maulana bertambah marah dan menuduh Syekh Siti Jenar berbohong atas pernyataannya yang menegaskan bahwa dia rela mati. 

Syekh Siti Jenar menerima banyak tikaman dari Syekh Maulana, tetapi dia terus berdiri. Syekh Maulana kian gusar dan berkata, " Itu luka orang jahat, terluka tapi tidak berdarah ". Dari luka-luka Syekh Siti Jenar itu seketika keluar darah berwarna merah. Seketika Syekh Maulana berkata lagi, " Itu luka orang biasa, bukan kawula gusti, karena darah yang keluar berwarna merah ". Dari merah yang mengucur itu seketika berubah berwarna putih. Syekh Maulana berkata lagi. " Ini seperti kematian pohon kayu, keluar getah dari lukanya. Kalau 'insan kamil' benar tentu dapat masuk surga dengan tubuh jasmaninya, berarti kawula gusti tidak terpisah". Dalam sekejap mata tubuh Syekh Siti Jenar hilang dan darahnya sirna.

Syekh Maulana kemudian membuat muslihat dengan membunuh seekor anjing, membungkusnya dengan kail putih dan mengumumkan kepada masyarakat bahwa mayat Syekh Siti Jenar telah berubah menjadi seekor anjing karena ajarannya yang bertentangan dengan syariat. Anjing itu kemudian di bakar. 

Beberapa waktu setelah peristiwa itu, para ulama didatangi oleh seorang penggembala kambing yang mengaku sebagai murid Syekh Siti Jenar. Dia berkata, " Saya dengar para Wali telah membunuh guru saya, Syekh Siti Jenar. Kalau memang demikian, lebih baik saya juga Tuan-tuan bunuh. Sebab saya ini juga Allah, Allah yang menggembalakan kambing ".Mendengar penuturannya itu kemudian Syekh Maulana membunuhnya dengan pedang yang sama dengan yang digunakan untuk membunuh Syekh Siti Jenar. Seketika tubuh mayat penggembala kambing itu lenyap. (Tebba, 2003: 43).

Versi Kelima
Bahwa vonis hukuman mati dijatuhkan oleh Sunan Gunung Jati, sedangkan yang menjalankan eksekusi kematian (algojo) adalah Sunan Kudus. Versi tentang proses kematian Syekh Siti Jenar ini dapat ditemukan dalam Serat Negara Kertabumi yang disunting oleh Rahman Selendraningrat.Tentu bahwa kisah eksekusi terhadap Syekh Siti jenar yang ada dalam versi ini berbeda dari yang lainnya. Tampaknya kisah ini kosong dengan kisah eksekusi Ki Ageng Pengging yang dilakukan oleh Sunan Kudus. 

Kisah kematian Syekh Siti Jenar dalam sastra "kacirebonan" ini diawali dengan memperlihatkan posisi para pengikut Syekh Siti Jenar di Cirebon sebagai kelompok oposisi pada kekuatan Kesultanan Cirebon. Sejumlah tokoh pengkutnya pernah berusaha untuk menduduki tahta, tetapi semuanya menemui kegagalan. Tatkala Pengging dinonaktifkan, Syekh Siti Jenar yang pada saat itu menyebarkan agama di sana, kembali ke Cirebon diikuti oleh para muridnya dari Pengging. Di Cirebon, kekuatan Syekh Siti Jenar menjadi semakin kokoh, pengikutnya meluas sampai ke desa-desa.Serelah Syekh Datuk Kahfi meninggal, Sultan Cirebon menunjuk Pangeran Punjungan untuk menjadi guru agama Islam di Padepokan Amparan Jati. 

Pangeran Punjungan siap menjalankan tugas yang diembankan sultan kepadanya, namun dia tidak mendapatkan murid di sana karena orang-orang telah menjadi murid Syekh Siti Jenar. Bahkan panglima bala tentara Cirebon bernama Pangeran Carbon lebih memilih untuk menjadi muridnya Syekh Siti Jenar. Dijaga oleh muridnya yang banyak, Syekh Siti Jenar merasa aman tinggal di Cirebon Girang. 

Keberadaan Syekh Siti Jenar di Cirebon terdengar oleh Sultan Demak.Sultan kemudian mengutus Sunan Kudus disertai 700 orang prajurit ke Cirebon. Sultan Cirebon menerima permintaan Sultan Demak dengan tulus, bahkan memberi bantuan untuk tujuan itu. 

Langkah pertama yang diambil Sultan Cirebon adalah mengumpulkan para murid Syekh Siti Jenar yang ternama, antara lain Pangeran Carbon, para Kyai Geng, Ki Palumba, Dipati Cangkuang dan banyak orang lain di istana Pangkuangwati. Selanjutnya bala tentara Cirebon dan Demak menuju padepokan Syekh Siti Jenar di Cirebon Girang. Syekh Siti Jenar kemudian di bawa ke masjid Agung Cirebon, tempat para Wali berkumpul. 

Dalam konferensi itu, yang bertindak sebagai hakim ketuan adalah Sunan Gunung Jati. Melalui perdebatan yang panjang, pengadilan memutuskan Syekh Siti Jenar harus dihukum mati. Kemudian Sunan Kudus melaksanakan eksekusi itu menggunakan keris pusaka Sunan Gunung Jati.Peristiwa itu terjadi pada bulan Safar 923 H atau 1506 (Sofwan, 2000: 222). 

Pada peristiwa selanjutnya, mulai diperlihatkan kecurangan yang dilakukan oleh para ulama di Cirebon terhadap keberadaan jenazah Syekh Siti Jenar. Dikisahkan, setelah eksekusi dilaksanakan, jenazah Syekh Siti Jenar dimakamkan di suatu tempat yang kemudian banyak diziarahi orang.Untuk mengamankan keadaan, Sunan Gunung Jati memerintahkan secara diam-diam agar mayat Syekh Siti Jenar dipindahkan ke tempat yang dirahasiakan, sedangk di kuburan yang sering dikunjungi orang itu dimasukkan bangkai anjing hitam. 

Ketika para perziarah menginginkan agar mayat Syekh Siti Jenar dipindahkan ke Jawa Timur, kuburan di buka dan ternyata yang tergeletak di dalamnya bukan mayat Syekh Siti Jenar melainkan bangkai seekor anjing.Para peziarah terkejut dan tak bisa mengerti kondisi itu. Ketika itu Sultan Cirebon memanfaatkan situasi dengan mengeluarkan fatwa agar orang-orang tidak mengunjungi bangkai anjing dan agar meninggalkan ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar (Sulendraningrat, 1983: 28).

Versi Keenam
Bahwa Syekh Siti Jenar dijatuhi hukuman mati oleh Wali Songo. Pada saatu hukuman harus dilaksanakan, para anggota Wali Songo mendatangi Syekh Siti Jenar untuk melaksanakan hukuman mati. Akan tetapi kemudian para anggota Wali Songo tidak jadi melaksanakan hukuman tersebut, karena Syekh Siti Jenar justru memilih cara kematiannya sendiri, dengan memohon kepada Allah agar diwafatkan tanpa harus dihukum oleh pihak Sultan dan para Sanan, sekaligus Syekh Siti Jenar menempuh jalan kematiannya sendiri, yang sudah ditetapkan oleh Allah. Versi ini mengacu pada Serat Seh Siti Jenar yang digubah oleh Ki Sosrowidjojo, yang kemudian disebarluaskan kembali ileh Abdul Munir Mulkan (tt). 

Sofwan (2000: 215-217) mengutip Suluk Walingsanga (sebagaimana juga yang terdapat dalam Serat Seh Siti Jenar dalam berbagai versi) yang di dalamnya terdapat cerita yang mengisahkan bahwa kematian Syekh Siti Jenar berawal dari perdebatan yang terjadi antara Syekh Siti Jenar dengan dua orang utusan Sultan Demak, yakni Syekh Domba dan Pangeran Bayat sebagai utusan Sultan Fatah dan Majelis Wali Songo. Dua orang utusan ini diperintah Sultan atas persetujuan Majelis Wali Songo untuk mengadakan tukar pikiran (lebih tepatnya menginvestigasi) dengan Syekh Siti Jenar tentang ajaran yang dia sampaikan kepada murid-muridnya. 

Disinyalir bahwa ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar menyebabkan terganggunya stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah Demak. Hal ini disebabkan ulah para muridnya yang berbuat kegaduhan, merampok, berkelahi, bahkan membunuh. Bila ada kejahatan atau keonaran, tentu murid Syekh Siti Jenar yang menjadi pelakunya. Ketika pengawas pemerintah menangkap mereka, maka mereka bunuh diri di dalam penjara. Kapan dikorek keterangan dari mereka, dengan angkuh mereka mengatakan bahwa mereka adalah murid Syekh Siti Jenar yang telah banyak mengenyam ilmu makrifat, dan selalu siap mati bertemu Tuhan. 

Mereka beranggapan bahwa hidup sekedar menjalani mati, oleh karena itu mereka merasa jenuh menyaksikan bangkai bernyawa bertebaran di atasnya. Dunia ini hanya dipenuhi oleh mayat, maka mereka lebih memilih meninggalkan dunia ini. Mereka juga mengejek, mengapa orang mati diajari shalat, menyembah dan mengagungkan nama-Nya, padahal di dunia ini orang tidak pernah melihat Tuhan. 

Berkenaan dengan pemahaman yang demikian ini, maka Syekh Domba dan Pangeran Bayat diutus oleh Sultan Demak untuk menemui Syekh Siti Jenar. Dalam pertemuan itu terjadi perdebatan antara utusan Sultan dengan Syekh Siti Jenar. Dalam perdebatan itu, terlihat bahwa keterampilan Syekh Siti Jenar berada pada Syekh Domba dan Pangeran Bayat. Pada akhirnya, Syekh Domba terkesan pada uraian dan kedalaman ilmu Syekh Siti Jenar, bahkan dia bisa menyetujui kebenarannya. Dia ingin menjadi muridnya secara tulus, kalau saja tidak dicegah oleh Pangeran Bayat. 

Selanjutnya, kedua utusan itu kembali ke Demak melaporkan apa yang telah mereka saksikan tentang ajaran Syekh Siti Jenar. Setelah berkonsultasi dengan Majelis Wali Songo, Sultan kemudian mengutus lima orang Wali untuk memanggil Syekh Siti Jenar ke istana guna mempertanggungjawabkan ajarannya. Kelima utusan itu adalah Sunan Kalijaga, Sunan Ngudung, Pangeran Modang, Sunan Geseng, dan Sunan Bonang sebagai pemimpin utusan itu. Mereka diikuti oleh empat puluh orang santri lengkap dengan persenjataannya untuk memaksa Syekh Siti Jenar datang ke istana. Sesampainya di rumah Syekh Siti Jenar, kelima Wali tersebut terlibat perdebatan sengit. Perdebatan itu berakhir dengan ancaman Sunan Kalijaga. Sekalipun mendapatkan ancaman dari Sunan Kalijaga, Syekh Siti Jenar tetap tidak bersedia datang ke istana karena menurutnya Wali dan raja tidak berbeda dengan dirinya, sama-sama terbalut darah dan daging yang akan menjadi bangkai. Lalu dia memilih mati. Mati bukan karena ancaman yang ada, tetapi karena kehendak diri sendiri. Syekh Siti Jenar kemudian berkonsentrasi, menutup jalan hidupnya dan kemudian meninggal dunia.

Versi Ketujuh
Bahwa ada dua tokoh utama, yang memiliki nama asli yang terdekat dengan nama kecil Syekh Siti Jenar, San Ali. Tokoh yang satu adalah Hasan Ali, nama Islam Pangeran Anggaraksa, anak RSI Bungsi yang kembali berambisi menguasai Cirebon, namun kemudian terusir dari Keraton, karena kedurhakaan kepada RSI Bungsi dan pemberontakannya ke Cirebon.Ia menaruh dendang kepada Syekh Siti Jenar yang berhasil menjadi seorang guru suci utama di Giri Amparan Jati. Tokoh yang satunya lagi adalah San Ali Anshar al-Isfahani dari Persia, yang semua merupakan teman seperguruan dengan Syekh Siti Jenar di Baghdad. Namun ia menyinpan dendang pribadi kepada Syekh Siti Jenar karena kalah dalam hal ilmu dan kerohanian. 


Ketika usia Syekh Siti Jenar sudah uzur, dua tokoh ini bekerja sama untuk berkeliling ke berbagai pelosok tanah Jawa, ke tempat-tempat   yang penduduknya menyatakan diri sebagai pengikut Syekh Siti Jenar, padahal mereka belum pernah bertemu dengan Syekh Siti Jenar. Sehingga masyarakat tersebut kurang mengenal sosok asli Syekh Siti Jenar. Pada tempat-tempat seperti itulah, dua tokoh pemalsu ajaran Syekh Siti Jenar memainkan perannya, mengajarkan berbagai ajaran mistik, bahkan perdukunan yang menggeser ajaran tauhid Islam. 

Hasan Ali mengaku dirinya sebagai Syekh Lemah Abang, dan San Ali Anshar mengaku dirinya sebagai Syekh Siti Jenar. Hasan Ali beroperasi di Jawa bagian Barat, sementara San Ali Anshar di Jawa Bagian Timur. Kedua orang ini sebenarnya yang dihukum mati oleh anggota Wali Songo, karena sudah meluncurkan berbagai fitnah keji terhadap Syekh Siti Jenar sebagai guru dan anggota Wali Songo. 

Kemungkinan karena silang sengkarut kemiripan nama itulah, maka dalam berbagai Serat dan babad di daerah Jawa, cerita tentang Syekh Siti Jenar menjadi simpang siur. Namun pada aspek lainnya, ranah politik juga ikut memberikan andil pendiskreditan nama Syekh Siti Jenar. Karena naiknya Raden Fatah ke tampuk kekuasaan Kesultanan Demak, diwarnai dengan intrik perebutan tahta kekuasaan Majapahit yang sudah runtuh, sehingga segala intrik bisa terjadi dan menjadi "halal" untuk dilakukan, termasuk dengan mempolitisasi ajaran Syekh Siti Jenar yang memiliki dukungan massa banyak, namun tidak memadukan diri dalam ranah kekuasaan Raden Fatah. 

Jadi dikaitkan dengan kekuasaan Sultan Trenggono, sebagaimana tercatat dalam berbagai fakta sejarah, naiknya Sultan Trenggono sebagai penguasa tunggal Kesultanan Demak, adalah dengan cara berbagai tipu muslihat dan pertumpahan darah. Karena sebenarnya yang berhak menjadi Sultan adalah Pangeran Suronyoto, yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda Ing lepen, kakak laki-laki Sultan Trenggono yang seharusnya menggantikan Adipati Unus. "Seda Ing lepen" artinya meninggal di sungai. 

Sebenarnya Pangeran Suronyoto tidak meninggal di sungai, namun dibunuh oleh orang-orang suruhan Pangeran Trenggono, baru setelah terbunuh, mayatnya dibuang ke sungai (Daryanto, 2009: 215-278). Kematian kakaknya tersebut diduga pada strategi Sultan Trenggono. Sultan Trenggono sendiri, pada mulanya tidaklah begitu disukai oleh para adipati dan kebanyakan masyarakat, karena sifatnya yang ambisius, yang dibingkai dalam sikap yang lembut. 

Salah satu tokoh penentang utama naiknya Trenggono sebagai Sultan adalah Pangeran Panggung di Bojong, salah satu murid utama Syekh Siti Jenar. Demikian pula masyarakat Pengging yang sejak kekuasaan Raden Fatah belum mau tunduk pada Demak. Banyak masyarakat yang sudah tercerahkan kemudian kurang menyukai Sultan Trenggono. Mungkin oleh karena faktor inilah, maka Sultan Trenggono dan para ulama yang mendekatinya kemudian memusuhi pengikut Syekh Siti Jenar. Maka kemudian dihembuskan kabar bahwa Syekh Siti Jenar dihukum mati oleh Dewan Wali Songo di masjid Demak, dan mayatnya berubah menjadi anjing kudisan, dan dimakamkan di bawah mihrab pengimaman masjid. Suatu hal yang sangat mustahil terjadi dalam konteks hukum Islam, namun tentu dianggap sebagai sebuah kebenaran atas nama kemukjizatan untuk masyarakat sipil. 

Keberadaan para ulama "penjilat" penguasa, yang untuk memenuhi ambisi duniawinya bersedia mengadakan fitnah terhadap sesama ulama, dan untuk selalu dekat dengan penguasa bahkan bersedia menyatakan bahwa suatu ajaran kebenaran sebagai sebuah kesesatan dan makar, karena menabrak kepentingan penguasa itu sebenarnya sudah digambarkan oleh para ulama . Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya '"Ulum al-Dinmenyebutkan sebagai al-'ulama' al-su ' (ulama yang jelek dan kotor).Sementara ketika Sunan Kalijaga melihat tingkah laku para ulama pada zaman Demak, yang terkait dengan bobroknya moral dan akhlak penguasa, disamping fitnah keji yang ditujukan kepada sesama ulama, namun beda pendapat dan kepentingan, maka Sunan Kalijaga membuat deskripsi secara halus. Sesuai dengan profesinya dalam budaya, utamanya sebagai dalang, Sunan Kalijaga menggambarkan kelakuan para ulama yang ambisi politik dan memiliki karakter jelek sebagai tokoh Sang Yamadipati (Dewa Pencabut Nyawa) dan Pendeta Durna (ulama yang bermuka dua, munafik). 

Kedua tokoh tersebut dalam serial pewayangan model Sunan Kalijaga digambarkan sebagai ulama yang memakai pakaian kebesaran ulama; memakai surban, destar, jubah, sepatu, biji tasbih dan pedang. Pemberian karakter seperti itu adalah salah satu cara Sunan Kalijaga dalam mencatat sejarah bangsanya, yang terhina dan teraniaya akibat tindakan para ulama jahat yang mengkhianati citra keulamaannya, dengan menjadikan diri sebagai Sang Yamadipati, mencabut nyawa manusia yang dianggapnya berbeda pandangan dengan dirinya atau dengan penguasa di mana sang ulama mengabdikan dirinya. Hal tersebut merupakan cara Sunan Kalijaga melukiskan suasana batin bangsanya yang sudah mencitrakan pakaian keulamaan, dalil-dalil keagamaan sebagai atribut Sang Pencabut Nyawa.Atas nama agama, atas nama pembelaan terhadap Tuhan, dan karena dalil-dalil mentah, maka aliran dan pendapat yang berbeda harus dibungkus habis. 

Gambaran pendeta Durna adalah wujud dari rasa muak Sunan Kalijaga terhadap para ulama yang menjilat kepada kekuasaan, bahkan aktivitasnya digunakan untuk semata-mata membela kepentingan politik dan kekuasaan, menggunakan dalil keagamaan hanya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi dengan mencelakakan banyak orang sebagai tumbalnya. Citra diri ulama yang 'tukang' hasut, penebar fitnah, penggunjing, dan pengadu domba. Itulah yang dituangkan oleh Sunan Kalijaga dalam sosok Pendeta Durna. 

Berbagai versi tentang kematian Syekh Siti Jenar menunjukkan bahwa tokoh Syekh Siti Jenar memang sangat kontroversional. Berbagai literatur yang ada tidak dapat memastikan dari mana keberadaannya hingga proses kematian yang dialaminya, karena banyak faktor dan kepentingan yang mengitarinya. Meskipun demikian, sejumlah besar keterangan yang mengisahkan tentang keberadaannya memerlihatkan ajarannya yang selalu dipertentangkan dengan paham para Wali, namun sekaligus tidak jarang membuat para Wali itu sendiri "kagum" dan "mengakui" kebenaran ajarannya. Tentu saja, "pengakuan" dan "kekaguman" itu tidak pernah diperlihatkan secara eksplisit karena akan mengurangi "keagungan" mereka, disamping kurang tujuannya penulisan serat dan babad Jawa, yang terkait dengan Syekh Siti Jenar. 

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa dalam berabgai Serat dan Babad tersebut, akhir dari kisah Syekh Siti Jenar selalu dihiasi dengan usaha-usaha intrik politik para Wali. Bisa jadi hal ini memang dilakukan oleh para ulama penjilat kekuasaan, oleh murid-murid generasi penerus para ulama yang pernah memusuhi ajaran Syekh Siti Jenar, atau para penulis kisah yang juga memiliki kepentingan tersendiri terkait dengan motif politik, ideologi, keyakinan, dan ajaran keagamaan yang dianutnya. 

Pada sisi lain, disamping disebabkan banyaknya referensi yang berbeda dalam menjelaskan kisah Syekh Siti Jenar, pemahaman mereka yang membaca akan memberikan pemahaman baru dari bacaan tersebut sehingga memperbanyak versi. Misalnya, tentang pemahaman salah satu versi tentang asal-usul Syekh Siti Jenar yang dalam Serat Syekh Siti Jenar,sebagaimana juga disadur dalam Filsafat Syekh Siti Jenar disebut "berasal dari Caing (elur)". 

Sebagian penafsir mengatakan bahwa memang Syekh Siti Jenar bukanlah berasal dari manusia, namun kembali ia adalah seekor cacing yang disumpah oleh Sunan Bonang menjadi manusia. Padalah, jika cara pembacaan ini dilakukan dengan cara referensi silang, kita mendapatkan penjelasan dari sumber lain, misalnya dalam Serat Seh Siti Jenar yang tersimpan di Musem Radya Pustaka Surakarta, bahwa yang dimaksud "elur" (cacing) tidak lain adalah "wrejid bangsa sudra" (yang berasal dari rakyat jelata). Maksudnya Syekh Siti Jenar adalah masyarakat biasa yang berhasil menjadi Wali, atau seorang Wali yang menjelata (menempatkan dirinya di tengah-tengah mansyarakat jelata) (lihat misalnya Sujamto, 2000: 87). 

Sumber: KH Muhammad Sholikhin. Ternyata Syekh Siti Jenar Tidak Dieksekusi Wali Songo. Erlangga. Boyolali: 2008.