Jumat, 24 Juni 2011

Pengelolaan Penangkaran

Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju bekerja di bawah pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat. Berdasarkan status tersebut, segala kegiatan pengelolaan kelompok penangkaran penyu harus dilaporkan melalui berita acara ke Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat.
Laporan tersebut meliputi:
1) Laporan perkembangan kegiatan penangkaran penyu dan tukik
Laporan ini berisi jumlah telur yang ditanam dan yang menetas. Laporan ini menjelaskan tentang jumlah telur penyu yang ditetaskan dan jumlah telur yang menetas.
2) Berita acara penetasan telur penyu
Laporan ini berisi informasi tentang jenis penyu yang telurnya menetas dan jumlah telur penyu yang menetas.
3) Berita acara kematian tukik
Laporan ini berisi tentang informasi jumlah dan jenis tukik yang mati
4) Berita acara pelepasan tukik
Laporan ini berisi tentang jumlah dan jenis tukik yang dilepaskan kembali ke laut.
5) Berita acara serah terima telur penyu
Laporan ini berisi tentang keterangan serah terima telur penyu dari masyarakat kepada Penangkaran Penyu Sukamaju.

Laporan tersebut dibuat bertujuan untuk mengontrol kegiatan dan indikator keberhasilan Penangkaran Penyu Sukamaju. Menurut Achyar (wawancara, 2008), indikator keberhasilan penangkaran penyu adalah adanya kegiatan penanaman/pemendaman telur penyu tiap bulan dan telur yang dipendam memiliki keberhasilan menetas sebanyak 75%.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan menetas dapat digunakan rumus (Nuitja,1992). Rumus yang digunakan untuk mengukur keberhasilan menetas tersebut adalah hatching success (tingkat keberhasilan menetas). Hatching success (tingkat keberhasilan menetas) yaitu persentase dari hasil bagi jumlah telur menetas dengan hasil pertambahan jumlah telur yang menetas dan jumlah telur yang gagal menetas.
Rumus dari hatching success (tingkat keberhasilan menetas) adalah:


Keterangan:
HSs : tingkat keberhasilan menetas
JS : jumlah telur yang menetas
TM : jumlah telur yang gagal menetas

Pada periode tahun 2006 sampai pada 2007 telur yang berhasil menetas sebanyak 1177 butir dan yang gagal menetas sebanyak 823 butir. Dengan menggunakan rumus tersebut dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan menetas adalah sebesar 58,85 %. Rendahnya keberhasilan tersebut dikarenakan adanya akar daun pandan laut yang menutupi telur sehingga telur membusuk.

Pencarian telur penyu oleh Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju dilakukan berdasarkan musim penyu bertelur dan informasi dari masyarakat. Menurut Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju, penyu memiliki intensitas bertelur yang relatif tinggi pada bulan Februari, Mei sampai Agustus, dan Desember. Untuk mengurangi adanya telur penyu yang diambil oleh masyarakat, pada bulan-bulan tersebut kelompok ini melakukan pencarian telur penyu lebih intensif.

Jumlah petugas pada saat pencarian telur kurang lebih tiga orang. Jumlah tersebut bertujuan untuk menjaga kepercayaan anggota lain kelompok ini jika menemukan telur penyu. Pelaporan palsu mengenai jumlah telur penyu yang ditemukan dapat diminimalisir dengan adanya pengawasan antar penjaga.

Predator yang terdapat di areal Penangkaran Penyu Sukamaju adalah anjing (Canis lupus), kepiting (Uca sp), dan semut (Polyergus rufescens). Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju membuat tempat penetasan telur yang diberi pagar bambu dengan ukuran 4 m x 4 m x 2 m, untuk melindungi telur penyu dari gangguan predator.

Menurut Limpus (1984) dalam Darmawan (2000) dikutip oleh Subiakto (2004) terdapat stadium-stadium tertentu yang mempengaruhi keberhasilan penetasan telur penyu, yaitu:

1) Stadium I.
Waktu antara 0 sampai 2 jam setelah telur diletakkan oleh induk. Selama waktu tersebut keadaan substansi isi telur tidak mengalami banyak perubahan. Dalam keadaan demikian, telur masih tahan terhadap terjadinya perubahan letak/posisi telur, misalnya diangkat atau dipindahkan.

2) Stadium II.
Waktu setelah 2 jam telur diletakkan oleh induk sampai dengan berumur 600 jam (25 hari). Pada stadium ini telur sangat peka terhadap pengaruh faktor luar (fisik dan cuaca). Embrio akan mengalami kematian bila telur mendapat gangguan berupa goncangan akibat proses pemindahan telur.
3) Stadium III.
Waktu setelah berumur 600 jam (25 hari). Pada stadium ini telur telah menunjukkan adanya perkembangan embrio yang sempurna. Telur lebih tahan terhadap adanya perubahan letak/posisi telur, bahkan telur tersebut dimungkinkan untuk diangkut jarak jauh sampai puluhan jam.

Menurut Achyar, Ketua Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju, (wawancara, 2008), waktu inkubasi telur untuk masing-masing spesies penyu berbeda-beda. Waktu inkubasi telur penyu tersebut adalah:
1) penyu lekang ± 50 hari,
2) penyu belimbing ± 70 hari, dan
3) penyu hijau ± 58 hari.

Tukik yang baru menetas langsung ditempatkan di bak penampungan atau fiber. Pada saat ini, bak penampungan tidak diisi dengan air laut karena tukik masih memiliki tali pusar. Penyu akan sakit jika tali pusarnya terkena air laut. Satelah tali pusarnya putus, fiber akan diisi dengan air laut. Ketinggian air dalam kolam ini ± 3 cm. Ketinggian tersebut berfungsi supaya tukik dapat beristirahat dan mengambil nafas. Kolam penampungan ini berukuran 1,6 m x 2 m 0,6 m. Jumlah tukik dalam satu kolam penampungan ini maksimal 35 ekor. Hal ini dilakukan agar tukik dapat bergerak bebas dalam kolam.

Tukik yang berada di kolam penampungan diberi makanan sebanyak 3 kali sehari. Makanan yang diberikan pada tukik adalah pellet. Terlalu sering atau kekurangan makan akan berdampak buruk bagi tukik. pemberian makan yang kurang akan menyebabkan tukik kelaparan dan bisa berdampak pada kematian tukik. Pemberian makan yang terlalu banyak akan membuat air dalam kolam penampungan cepat kotor dan akan mengganggu kesehatan tukik. Penyakit yang sering muncul akibat air yang kotor adalah adanya jamur di bagian tubuh tukik. Cara perawatan tukik yang terkena penyakit tersebut adalah dengan membersihkan bagian yang terkena jamur dengan menggunakan kapas. Untuk menjaga agar air tetap bersih, Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju mengganti air kolam penampungan pada hari Kamis dan Minggu.

Tukik yang telah berumur empat bulan atau lebih dapat di lepaskan kembali ke laut. Pelepasan pada usia tersebut karena tukik telah dianggap mampu untuk bertahan hidup di laut. Pelepasan tukik dilakukan jika telah ada orang atau suatu instansi yang mau melepaskan tukik ke laut. Biaya pelepasan untuk satu ekor tukik adalah Rp 25.000. Dana tersebut nantinya akan digunakan sebagai kompensasi untuk anggota kelompok. Selain dari biaya pelepasan, Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju juga mendapat dana dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Dana tersebut akan digunakan untuk biaya perawatan telur, tukik, bangunan dan biaya-biaya keperluan lain yang ada di penangkaran tersebut. Menurut ketua Kelompok Penangkaran Penyu Sukamaju, anggaran yang diberikan oleh oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat sebesar Rp 900.000 per bulan. Pemberian anggaran tersebut sering mengalami keterlambatan sehingga berdampak pada kegiatan pengelolaan terutama pada pemeliharaan tukik. Pemeliharaan tukik seperti pemberian makan yang kurang baik akan berdampak pada kematian tukik.

Tidak ada komentar: