Kamis, 28 Februari 2013

Tafsir Al Baqarah ayat 30


Surat Al-Baqarah Ayat 30

وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menjadikan di bumi seorang khalifah". Mereka berkata: "Mengapa Engkau akan menjadikan di bumi (khalifah) yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menguduskan-Mu?" Dia berfirman: "Sungguh Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui" .]
And when your Lord said to the angels, I am going to place in the earth a khalif, they said: What! Wilt Thou place in it seperti shall make mischief in it and shed blood, dan we celebrate Thy praise and extol Thy holiness? He said: Surely I know what you do not know .]

1). Di ayat 28, Allah menjelaskan asal-usul manusia beserta alam-alam yang menjadi tujuan-tujuan eksistensialnya, yang berakhir pada: ثم إليه ترجعون [ tsumma ilayhi turja'uwn , kemudian (pada akhirnya) kepada-Nya-lah kalian dikembalikan ]. Sementara di ayat 29, Allah menjelaskan perjalan ruhani yang sejatinya dilewati oleh tiap individu manusia, yang dimulai dari bumi, dari dunia material, dari tubuh biologis, untuk selanjutnya beranjak menuju ke 'langit'dengan melintasi tujuh lapis' langit '. Seluruh isi al-Qur'an (individual ataupun sosial, personal ataupun ideologis, moral ataupun politis) bermuara ke kedua jenis perjalanan ini: perjalanan eksistensial (ayat 28) dan perjalanan spiritual (ayat 29). Artinya, seluruh gagasan sosial, ideologi, dan politik manusia harus sejalan (dan sekaligus menjadi bagian) dari kedua jenis perjalanan tersebut. Dan agar tidak menyimpang, agar tetap berada pada Shiratal-Mustaqim (Jalan Lurus), manusia mutlak membutuhkan PETUNJUK: yang  maktub (terkonseptualisasi) dan yang  maf'ul (teraktualisasi)-lihat kembali S. al-Fatihah ayat 6 dan 7. Yang  maktub (terkonseptualisasi) adalah Kitab Suci, sedangkan yang  maf'ul (teraktualisasi) adalah sosok tokoh yang perjalanan spiritualnya telah mencapai Sidratul Muntaha, dan jangkauannya itu mendapatkan pengakuan dari Sang Pemangku  'arasy , yaitu Allah. Sehingga penentuan dan penunjukan sosok tokoh ini benar-benar menjadi domain mutlak dari Allah  Rabbul 'alamin . Apakah ini suatu bentuk diktatorisme dari Allah? Tidak.Berikut adalah Rahman-Nya kepada manusia karena tidak ingin ada hamba-Nya yang tertutup hatinya (ayat 6 dan 7) serayamembiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan (ayat 15), terjebak ke dalam lembah kerugian (ayat 16) dan melihat mereka hidup tersiksa dalam kegelapan (17-20), tanpa cahaya . Sehingga siapa saja nantinya yang tertutup hatinya, kemudian hidup dalam kegelapan dan kesesatan, maka itu semata karena pilihan sadarnya sendiri.

2). Dalam rangka penentuan dan penunjukan sosok inilah Allah menurunkan ayat 30 ini. Allah membuat dan sekaligus memaklumatkan 'gagasan-besar' ini kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menjadikan di bumi seorang khalifah" . Isi informasi ini sangat jelas, tegas, dan gamblang:  seorang khalifah , bukan dua atau banyak orang. Jabatannya juga jelas: Khalifah,bukan Nabi bukan Rasul. Tempat dan wilayah kekuasaannya juga jelas:  di bumi , dan bukan di planet, di galaksi atau di semesta lain. Hal yang sama juga terjadi pada pelaku yang punya prerogatif mengangkat  khalifah tersebut; bentuk katanya jelas dan terang benderang, yaitu إني ( inniy, sungguh  Aku ) dan bukan إنا ( inn ā , sungguh  Kami ). Kata إني ( inniy, sungguh  Aku ) adalah gabungan dari kata إن ( inna, sungguh ) dan أنا ( ana, aku ), sehingga huruf ي ( ya ' ) yang ada di sana adalah kata ganti ( dhamir ) dari kata أنا ( ana, aku ), yang ahli bahasa menyebutnya  mutakallim mufrad (pembicara tunggal).Semua itu menunjukkan dengan sangat tegas-tanpa membuka peluang lain-bahwa penentuan dan penunjukan  kahlifah adalah murni otoritas dan Prerogative tunggal Allah. Alasan  aqli -nya; bagaimana mungkin manusia yg punya banyak kekurangan, cenderung memperturutkan hawa nafsunya, punya interes pribadi dan subyektivitas yang tinggi itu memilih manusia paling sempurna di antara mereka? Bagaimana mungkin makhluk yang Allah sendiri menyebutnya sungguh manusia itu amat zalim dan amat bodoh (33:72), memilih  khalifah Allah di antara mereka, sekalipun seluruh kepala berkumpul dan bermusyawarah untuk itu. Singkatnya, bagaimana mungkin orang yang tak mengenal Tuhannya dengan sempurna memilih salah seorang di antara mereka yang pantas menjadi kekasih Tuhan. Itu sebabnya, manusia sangat sering kecewa pada hasil pilihannya sendiri, karena dulu mereka menyangkanya hebat dan luar biasa, tapi ternyata-setelah berlalunya waktu-pilihannya itu pecundang dan hipokrit; alih-alih memikirkan kepentingannya rakyatnya, malah cuma memikirkan kepentingan kelompok dan kontinyuitas dinastinya.

3). Ada yang mengatakan bahwa kata  khalifah di ayat ini adalah tentang manusia secara keseluruhan. Sehingga, untuk mereka, informasi Allah kepada para malaikat tersebut adalah pemberitahuan tentang akan diciptakannya makhluk baru yang bernama "manusia" yang akan melaksanakan tugas sebagai  khalifah Allah di bumi. Coba bandingkan dengan dua ayat berikut ini:
وإذ قال ربك للملائكة إني خالق بشرا من صلصال من حمإ مسنون
Artinya: " Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menciptakan  basyaran(manusia biologis) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk '. " (15:28)
إذ قال ربك للملائكة إني خالق بشرا من طين
Artinya: "(Ingatlah) tatkala  Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sungguh Aku akan menciptakan  basyaran (manusia biologis) dari tanah ' . "(38:71)
Perbedaan antara 2:30 dan kedua ayat ini (15:28 dan 38:71):  Pertama , di 2:30 menggunakan kata جاعل ( jā'ilun, yang menjadikan ), sementara di 15:28 dan 38:71 menggunakan kata خالق ( kh ā liqun, yang menciptakan ). Keduanya masing-masing merupakan bentuk  ā 'il (pelaku) dari kata جعل ( ja'ala , menjadikan) dan kata خلق ( khalaqa , menciptakan). Pengertian خلق (khalaqa , menciptakan) dan جعل ( ja'ala , menjadikan) sudah pernah kita bahas di ayat 22 poin 1.  Kedua , di 2:30 objeknya disebut dengan tegas:  Khalifah; sementara di 15:28 dan 38:71 objeknya juga disebut dengan tegas:  basyar .  Ketiga , identitas  Khalifah disebut di 2:29 sebagai sosok tokoh yang telah berhasil mencapai Sidratul Muntaha setelah sebelumnya melewati tujuh lapis 'langit'; sedangkan asal-usul  basyar dengan gamblang disebut berasal  dari lumpur hitam yang diberi bentuk(15 : 28) dan  dari tanah (38:71). Keempat , ayat 2:30 menyebut keterangan tempat, di bumi, sebagai wilayah efektivitas kekuasaan Sang  Khalifah , sedangkan di 15:28 dan 38:71 tidak menyebutkannya sama sekali. Kelima , Surat al -Baqarah (2) turun di Madinah, sementara Surat al-Hijr (15) dan Surat Shad (38) keduanya turun di Mekah.
Dari kelima jenis perbedaan itu, bisa disimpulkan bahwa keduanya juga memiliki maksud yang bebeda. Di 15:28 dan 38:71, Allah mendeklarasikan penciptaan manusia, makhluk baru yang berkedudukan lebih tinggi dari malaikat, karena kepadanya ditiupkan Ruh-Nya: " Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku; maka kalian tunduk kepadanya seraya bersujud . "(15:29 dan 38:72). Sementara di 2:30 Allah memaklumatkan pucuk pimpinan dari manusia tersebut agar mereka tidak tersesat. Karena sementara nanti tidak mengakui dan mengikuti  Khalifah pilihan Allah ini, yang merupakanpemimpin ilahi baginya, niscaya mereka (manusia  basyar ) akan dipimpin oleh  pemimpin duniawi yang hanya akan mengejar kepentingan sesaat.
Dalam konteks inilah, agar tidak salah paham, Allah menyuruh Nabi memberitahukan kepada seluruh manusia: " Katakanlah (Muhammad): "Sesungguhnya aku ini seorang  basyar (manusia biologis) seperti kalian, (hanya saja) diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kalian itu adalah Tuhan Yang Esa . Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya '. "(18:110) Dari ayat ini bisa dipahami bahwa  Khalifah adalah bentuk  takhsĭs (spesialisasi) dari  manusia basyar, setelah Allah memilihnya secara ekslusif, dengan tugas yang juga ekslusif, yaitu memandu manusia mengerjakan amal saleh dan enghindarkan mereka dari perbuatan  syirik (mempersekutukan Rab-nya).

4). Penggunaan kata جاعل ( jā'ilun, yang menjadikan ), yang merupakan bentuk  ā 'il (pelaku) dari kata kerja جعل ( ja'ala , menjadikan ), menunjukkan bahwa pelaku telah mengeluarkan diri dari ikatan waktu tertentu, sehingga perbuatan tersebut bersifat  mudāwamah (berulang-ulang) dan  istimrār (berkelanjutan,  continuous ). Artinya, setiap saat Allah senantiasa menunjuk dan mengangkat seorang  khalifah di bumi ini sehingga bumi tidak pernah kosong dari  pemimpin ilahi.Kehadirannya sekaligus menjadi  hujjah (argumen) untuk Allah untuk menolak keberatan manusia. Sehingga manusia tidak lagi punya dalih saat nanti (di akhirat) mereka menyadari ketersesatannya dulu di dunia yang menyebabkan mereka hidup dalam penderitaan dan siksaan yang pedih (neraka). "...  Setiap kali dilemparkan ke dalam (neraka) sekelompok orang. Penjaganya (selalu) bertanya kepada mereka: 'Apakah belum pernah datang kepada kalian (dulu di dunia) seorang pemberi peringatan?'Mereka menjawab: 'Memang ada. Sungguh benar telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, namun kami mendustakan (nya) dan kami katakan (kepadanya): 'Allah tidak menurunkan sesuatu, kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar'. "(67:8-9)
Para  khalifah yang ada di zaman mereka masing-masing inilah yang dimaksud ayat ini: " Kami telah menjadikan mereka itu sebagai  imam (pemimpin ilahi) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. "(21:73)

5). Ekslusifitas  Khalifah yang dimaksud lebih dipertegas lagi oleh jawaban para malaikat: Mengapa Engkau akan menjadikan di bumi (khalifah) yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menguduskan-Mu? Jawaban ini bukan hasil pengalaman malaikat terhadap prilaku 'manusia sebelumnya'. Malaikat tidak mengenal istilah "pengalaman" karena mereka bukan makhluk ruang-waktu, sementara kata "pengalaman" menunjukkan peristiwa masa lalu yang menyeruak masuk ke dalam kesadaran kekinian dan kedisinian kita. Keberatan para malaikat ini adalah negasi terhadap tugas  khalifah . Bahwa yang namanya  khalifah itu tidak mungkin membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. Bahwa yang namanya  khalifah itu mustahil mengisolasi, menyiksa, memenjarakan, membunuh, apalagi membantai dengan sadis orang-orang yang tak bersalah, orang yang hanya beda pandangan politik dengannya. Bahwa yang namanya  khalifah itu pantang baginya menyebarkan fitnah, berita-berita bohong, dan benih-benih permusuhan di tengah-tengah masyarakat demi mengambil keuntungan politik dan ekonomi dari perpecahan itu. Yang namanya  khalifah itu haram baginya memobilisasi pasukan perang untuk menyerang pihak lain atau menduduki Negara lain, karena hal itu selain menimbulkan korban jiwa juga kerusakan infrastruktur kehidupan yang tak terperikan. Karena khalifah adalah wakil Tuhan di bumi untuk menegakkan keadilan dan menjauhkan manusia dari saling menzalimi satu sama lain. Itu sebabnya, kalimat malaikat berikutnya adalah sebuah afirmasi:  padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menguduskan-Mu . Artinya, kalau malaikat saja yang bersujud kepada  khalifah tersebut kerjanya hanya bertasbih, memuji dan meguduskan Rab-nya, apalagi seorang Khalifah . Tugas  khalifah adalah mengorientasi agar seluruh lini kehidupan manusia (individu maupun sosial, personal ataupun ideologis, moral ataupun politis) menjadi  tasbih (penyucian) , tahmid (pemujian) , dan taqdis (pengudusan) kepada Rab-nya.

6). Atas keberatan malaikat, Allah menjawab:  "Sungguh Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui" . Jawaban Allah mengandung tiga hal:  pertama , jawaban apapun (negasi atau afirmasi) harus selalu berdasarkan ilmu. Menolak sesuatu harus dengan ilmu. Menerima sesuatu pun harus dengan ilmu. Jadi tidak ada tempat untuk dogma. Sehingga jawaban yang benar selalu berada pada pihak yang أعلم ( a'lam , memiliki ilmu) seperti jawaban Tuhan tersebut.  Kedua , segala sesuatu pasti ada ilmunya.Kalau manusia atau malaikat tidak mengetahuinya, maka Allah mengetahuinya. Perhatikan, saat Allah menyebut diri-Nya أعلم (a'lam , memiliki ilmu), langsung menyusulnya dengan kalimat ما لا تعلمون ( ā ā ta'lamuwn, apa-apa yang kalian tidak punya ilmu tentangnya).  Ketiga , melalui jawaban ini , Allah memperlihatkan bahwa hirarki eksistensial yang paling rasional bukan yang berdasarkan ekonomi, industri, kekuasaan politik, aristokrasi, pemilih terbanyak, umur, senioritas, dan sebagainya, tetapi yang berdasarkan ilmu. Berdasarka ketiga hal inilah sehingga seorang khalifah memiliki landasan paling rasional untuk membimbing dan memimpin manusia pada zamannya masing-masing.

AMALAN PRAKTIS
Tidak ada manusia yang tidak berada dalam wilayah kekuasaan tertentu. Karena tidak ada manusia normal manapun yang bisa hidup seorang diri. Manusia adalah zoon politicon (hewan sosial), kata seorang pilosof. Yang ada adalah, manusia hidup dalam wilahyah kekuasaan ilahiah atau wilayah kekuasaan syaithaniah, hizbullah atau hizbussyaithan Agar Anda tidak terjebak masuk ke dalam wilayah hizbussyaithan , maka Allah memilihkan Anda Khalifah . Maka kenalilah khalifah Anda sebelum kembali kepada-Nya.

Tidak ada komentar: