Selasa, 29 Mei 2012

kunti

Maaf kalau kurang seram. Jadi gini, dulu di Medan waktu aku umur 3 tahun aku itu orangnya aktif. Mama ku pernah bilang kalau dulu itu aku pernah punya sahabat, tapi dia makhluk gaib yaitu kuntilanak. Waktu mama ku masak, aku pernah bilang sama si kunti itu "Kamu mau makan? mama ku masak tempe di dapur. Kalo mau bilang ya". Tiba2 mama ku datang "Dilla, bicara sama siapa nak?". Aku cuma bilang "Bukan sama siapa2". Disini mama ku mulai curiga. Terus aku dibawa ke ustad. Ustadnya bilang gini "Anak ibu punya indra ke enam, jadi bisa liat makhluk halus" (kalo ga salah sih gitu soalnya udah lama). Terus mama ku bilang "Di ilangin aja deh pak, saya takut nanti kenapa2". Ustadnya bilang lagi "Gpp kok bu". Mama ku bilang lagi "Udah pak, di ilangin aja". yaudah.. Beberapa tahun kemudian, aku ini udah kelas 5 SD, tapi... aku masih bisa liat hantu walaupun sedikit agak kabur. Jadi, aku ke rumah teman mama ku. Rumahnya luas banget, tapi ada setannya, ihh ngeri.. Pas aku mau duduk, di atas atap tumahnya aku liat bayangan putih, tapi ga tau itu apaan. Terus aku perhatikan bener2, ehh.. ternyata itu kunti beneran. Langsung aku teriak aja, dan di bacain doa sama mama ku. Setelah itu aku pulang. Keesokan harinya aku ke sana lagi, aku liat atapnya, udah ga ada lagi. Aneh kan? Beberapa tahun kemudian aku kelas 1 SMP. Aku beranjak pindah rumah, pindah kota, dan pindah pulau. Aku pindah ke Kalimantan Barat. Wahh, jauh yahhh :D Jadi gini kejadiannya... Aku kan pindah ke rumah baruku. Jadi ini rumah tua (aduh, lagi nulis nih cerita die nongol (kuntilanaknya)). Nih rumah tua, kira2 ada hantunya. Jadi waktu aku main komputer, ada yang lewat2. Aku pikir itu mama ku, ternyata bukan. Aku masih belum tau kalau itu kunti. Setelah 1 bulan aku di rumah itu, aku di jumpain sama kunti itu. Aduh.. aku menjerit bukan main. Beberapa bulan kemudian dan sampai sekarang dia masih ngeganggu aku. Baru kusadari ternyata si kunti itu yang di rumah lama ku yang ngikutin aku selama ini. Ihh, nyebelin banget tuh kunti. Kayak ga ada kerjaan aje tuh kunti, mungkin dia sayang kali sama aku? wkwkwk Udah dulu ya. Ini cerita ku (pengalaman ku

men in black

Hai, nama ku Ririn. Aku mau cerita pengalaman temanku and aku sendiri waktu ngekos di daerah Darussalam, Banda Aceh. Cekidot! Disamping kosku ada sebuah genangan air mirip rawa-rawa kecil yang biasanya hanya terisi air pada musim hujan dan sering dimanfaatkan orang untuk memancing ikan. Nah suatu hari di musim kemarau, rawa-rawa itu mengering sehingga kita bisa berjalan ke perumahan di seberangnya. Waktu itu hampir menjelang magrib, dua orang temanku sebut saja Lia dan Wati berjalan melewati rawa tersebut. Awalnya sih tidak ada apa-apa, tapi ketika malam tiba dan semuanya sudah terlelap, Wati tiba-tiba menjerit seperti orang ketakutan. Matanya tertutup tapi ia meronta dengan kuat, sampai-sampai kami (aku dan teman-teman yang lain) kewalahan memegangnya. Ia terus berteriak dalam bahasa daerah kami, yang kira-kira artinya jangan ambil saya, jangan ambil sayaa! Ketika kami berhasil membangunkannya, tiba-tiba ia menjerit lebih keras, dan mengatakan banyak orang-orang hitam di kamarnya. Ada yang ngintip dari jendela, duduk di lemari bahkan disamping kami, dan semuanya seakan-akan marah. Suasana kian mencekam, aku segera menyuruh temanku yang lain memanggil ustad yang kebetulan dekat dengan kos kami. Akhirnya setelah ditenangkan dan diberi doa oleh sang ustadz, situasi kembali normal. Ia pun dilarang main ke rawa-rawa tersebut. Tapi teror belum berakhir... Suatu hari Wati main ke kamar ku yang terletak di lantai dua. Saking asiknya bercerita tak terasa hari hampir magrib. Berhubung di lantai bawah adalah garasi yang lumayan gelap kalau jam segitu, dia pun meminta ku menemaninya sampai di tangga bawah, tapi karena aku malas, aku hanya menunggu ia turun dari tangga atas. Dan ketika ia sampai kebawah ia pun kembali menjerit dan berlari ke kamar! Aku pun panik, segera ku sambar jilbab ku dan turun dengan tergesa-gesa. Dan ketika aku melewati garasi tersebut aku merasa ada yang memperhatikanku, namun aku tak peduli. Segera aku berlari ke kamar Wati, setiba disana aku melihat dia sudah menangis ketakutan dan meringkuk dibawah meja. Seketika itu dia langsung memelukku dan menangis ketakutan. Setelah ia tenang baru ia cerita kalau ketika turun tangga tadi pas lewat garasi ia mendengar suara yang berkata "Bie ouk bacuuut" yang artinya "Minta sedikit rambutnyaaa " padahal ga ada orang disitu! Memang waktu itu dia tidak memakai jilbabnya. Dan dia bilang ketika keluar dari garasi, orang-orang hitam itu sudah berkumpul di depan, berteriak-teriak marah. Akhirnya setelah kejadian itu ia dipulangkan ke kampungnya agar terhindar dari gangguan mahluk halus tersebut. Setelah beberapa hari kepulangannya, aku baru tau dari ibu kos ku, kalo ternyata rawa itu memang angker. Dulu ada sebatang pohon jambu disudut halaman yang terpaksa ditebang karena penghuninya kerap menggangu anak ibu kosku dengan berbagai penampakan, mulai pocong, kunti (yang ini sempat ditonton anak-anak kos dari lantai 2, ketika ia asik duduk di dahan mangga), bungkusan putih bulat yang meloncat-loncat dan juga si hitam. Dan menurut sang ustadz, Wati diganggu karena saat ia melewati rawa-rawa itu dengan tertawa-tawa dan tak sengaja ia menginjak anak orang-orang hitam tersebut. Beberapa waktu kemudian... sekitar jam 9 malam, aku keluar kos mencari makan. Sendirian sih, karena anak-anak lain sudah liburan semua. Bulan purnama yang temaram menerangi jalan setapak menuju kosku. Awalnya tidak ada apa-apa, dengan santainya aku berjalan pulang bahkan pandangan mataku tertuju ke arah rawa-rawa yang terlihat remang-remang. Namun... blass! sekelebat bayangan hitam melintas didepanku. Awalnya ku pikir kucing, namun aku akhirnya sadar bayangan hitam itu berbentuk anak kecil usia 5 tahun! dan ia berlari menembus pagar tepat ke arah pohon jambu yang sudah ditebang itu sambil tertawa... dan reaksiku??? kabuuur... Sekian dulu ceritaku.. maaf kalau ga serem. Masih banyak sih cerita lain, kapan-kapan ku ceritain.

pocong ke rumah

ini kisah nyata yang saya alami sendiri di sebuah desa di Kalimantan. Saya lupa tepatnya tahun berapa kejadiannya, yang jelas masih sekitar tahun 90-an, soalnya saat itu saya masih SD (lupa juga SD kelas berapa). Cerita bahwa kampung kami sering dikunjungi pocong pada waktu itu telah beredar luas di masyarakat. Kabarnya pocong tersebut suka masuk ke rumah2 warga untuk mencari makanan (ternyata pocong bisa lapar juga). Suasana kampung kami waktu itu sangat sepi, masih dipenuhi pepohonan rindang dan semak belukar, terutama rumahku yang jarak dengan tetangga terdekat sejauh 60 meter. Nah ceritanya pada suatu malam ada acara kenduren di salah satu rumah warga. Ibu saya pada waktu itu turut menghadiri acara tersebut, dan pulang dengan membawa makanan berupa daging dan nasi yang jumlahnya pas untuk dimakan keluarga kami, jadilah malam itu kami sekeluarga menikmati makan bersama sampai ludes tak tersisa (maklum waktu itu keluarga kami masih sangat jarang makan daging). Pas di perjalanan pulang tersebut, sebenarnya ibu saya sudah merasa ada sesuatu yang mengikuti, namun beliau belum menceritakannya kepada kami. Setelah agak malam (sekitar jam 10 malam WITA), kami semua mulai beranjak tidur. Saya yang pada waktu itu agak demam, tidur bertiga dengan kedua orangtua saya di ranjang yang ada di dapur. Namun, karena kondisi badan yang demam, saya agak kesulitan untuk memejamkan mata. Kakak saya yang laki2 tidur di kamarnya, sedangkan kakak saya yang perempuan memilih rebahan di depan TV. Sekitar jam 11 malam, kakak saya yang perempuan mulai merasa ngantuk, lalu mematikan TV dan memasuki kamarnya. Setelah menutup pintu, dia menyalakan kipas angin karena memang udara yang agak panas di malam itu. Tiba-tiba (menurut cerita kakak saya) terdengar suara mendesis dari arah pitu kamar yang tertutup, dan muncullah sosok pocong (persis seperti yang kita lihat di TV) menembus dari balik pintu, melompat 3 kali, sehingga tepat berdiri diantara kakaku dan kipas angin. Kakakku lalu berteriak histeris dengan kerasnya (maklum perempuan). Aku dan kedua orang tua yang belum terlelap langsung kaget, mengira kakak teriak karena mengigau, ayahku langsung lari menuju kamar kakakku, dan pocong pun lenyap seketika. Pada saat itu aku gak tau apa yang terjadi, karena bapakku gak balik ke tempat tidur kami. Aku yang merasa kepanasan minta dikipasin sama ibuku. Jadi ibuku dalam posisi duduk di atas ranjang mengipasiku yang rebah terlentang dengan kipas sate. Saat itu ranjang kami ditutupi kelambu putih, dan lampu menyala, jadi suasana di luar kelambu masih bisa terlihat oleh ibuku yang sedang duduk. Tiba-tiba terdengar suara "bruk bruk bruk" (suara tutup panci diangkat lalu ditutup lagi dengan keras 3 kali) dari luar kelambu. Ibuku langsung menoleh ke arah suara tersebut, gak jauh dari ranjang kami memang ada meja makan yang di atasnya ada panci nasi yang sudah kosong. Setelah ibuku menoleh ke arahku, suara itu terulang kembali. Ibuku menoleh lagi kearah panci, lalu berkata agak keras "Apa sih itu ribut2? Ni anakku lagi sakit!" (dalam bahasa daerah kami tentunya). Setelah itu ibuku menoleh ke arahku lagi, dan suara itu pun langsung terulang lagi. Ibuku kembali menoleh ke arah panci, aku yang bingung dan gak bisa melihat keluar kelambu pun bertanya "Apa sih itu bu?". Ibu pun menjawab "Gak papa, tikus itu kayaknya!" dengan nada seperti agak marah, tapi aku tau pasti bukan aku yang dimarahi. Setelah dibilang "tikus" suara tutup panci sudah gak ada lagi. Aku pun yang masih belum tau apa yang terjadi (karena menganggap teriakan kakakku hanya igauan dan yang buka tutup panci hanya tikus) akhirnya tertidur lelap karena nikmatnya kipasan ibuku. Besok paginya, alhamdulillah badanku terasa lebih baik. Dan akupun mendapat cerita dari kakakku bahwa malam tadi dia ditemui pocong dalam keadaan sadar, dan ibuku pun cerita kalau tutup panci yang bunyi itu jelas bukan karena tikus, karena tutup itu jelas terangkat dan menutup sendiri, hi...

hantu wanita

Nama aku Regy, sebenarnya ini kejadian dialamin sama papaku sih, tapi nggak apalah aku yang cerita. Waktu itu seperti biasa papa aku pulang dari kantor sekitar jam 10-an. Tapi nggak biasanya tuch papa lewat jalan yang ada kuburannya. Pas waktu di tengah-tengah kuburan, motor papaku lampunya mati. Papaku cuek-cuek aja, beliau pikir udah waktunya tuh motor perlu di service. Nggak lama kemudian, dari kejauhan ada cewek pake baju putih sama rambut panjang sebahu, kayak mau nyebrang gitu. Tapi pas papa aku udah makin deket sama si doi, kok kakinya nggak napak ya, and dari tadi itu cewek diem aja kaga nyebrang2. Nah lho? "Assalamualaikum...!!!" teriak papa aku ngelewati tuh cewek and nginjek gas motor sekenceng-kencengnya. Pas nyampe didepan rumah papa aku uda kaya orang dikejar hansip gitu, manggil2 mama aku buat bukain pintu. Waktu uda dibuka, papa aku langsung ngibrit ke kamar terus nyelimutin dirinya sendiri pake selimut. Mama aku yang kebingungan tanya "Kenapa kok kaya dikejar trantip gitu?" ke papa. Sambil minta dibuatin teh hangat, papa ceritain semuanya ke mama. Kebetulan teman mama aku yang tinggal di deket komplek kuburan itu dateng paginya ke rumah, maklumlah ibu-ibu arisan. Trus si teman mama aku itu cerita, kalau lusa yang lalu ada anak gadis yang mau nikah ketabrak motor trus meninggal. Pantesan kalau gitu semalem papa aku diliatin, dikira calon suaminya kale, wkwkwkw... Tapi untungnya tuh mrs.kunkun kaga ngikut motor papa ke rumah, kalau kaga bisa brabe tuh satu keluarga belingsatan, gara2 ketakutan. Sekian dulu cerita dari aku. Sorry kalau kaga lucu, maklumlah baru pemula :)

gara gara nengok ke ventlasi

Hai semua penggemar cerita serem. Gue Agri dan di postingan pertama gue ini, mudah-mudahan bisa bikin kalian merinding. Langsung aja.. Cerita ini pengalaman nenek gue yang terjadi sekitar tahun 1991. Jadi gini, waktu itu jam menunjukkan pukul 8 malam dan seperti biasa, nyokap gue, om, dan tante udah gak sabar untuk nonton acara kesukaan mereka yang tayang tiap harinya. Sekitar jam 9, om dan tante gue sudah mengantuk dan mereka pamit duluan ke kamar masing-masing. Otomatis tinggal nyokap dan nenek aja yang masih nonton. Lagi asyik-asyiknya nonton, nyokap gue merasa terganggu karena nenek gue berkali-kali ngelirik ke arah ventilasi dan membuat nyokap curiga. Nyokap gue pun langsung nanya "Bu, ngapain sih dari tadi ngeliatin ventilasi melulu? emangnya ada apaan?" tanya nyokap. "Nggak, kagak ada apa2 kok. Udah lu nonton aja deh" jawab nenek. Tapi 5 menit kemudian,nenek kembali melirik ventilasi berkali-kali dan nyokap tambah penasaran. Sebelum nyokap nanya lagi, nenek langsung matiin TV dan nyuruh nyokap gue tidur, dan beliau pun nurut aja. Keesokkan harinya, nyokap nyamperin nenek yang lagi duduk2 di teras dan kembali menanyakan pertanyaan yang sama. "Bu, kemaren kenapa sih ngeliatin ke arah ventilasi terus? bikin orang penasaran aje". Akhirnya kali ini nenek mau menjawab "Astagfirullah aladzim, naudzubillah.. tau kagak lu, ibu kemaren ngeliat apaan di ventilasi?". "Apaan emangnye?" tanya nyokap penasaran. "Pas lu lagi nonton, ibu ngeliat orang matanya segede baskom lagi melotot ke seisi rumah gitu. Sekarang coba lu bayangin, kalau matanya segede gitu, orangnya segede apaaan?". Setelah nenek cerita, nyokap pun langsung lemes dan cengok seketika. Nah, itu tadi cerita pengalaman nyokap gue yang terjadi di Kemayoran, Jakarta. Terima kasih.

di kamar mandi

Perkenalkan, saya Ali. Ini adalah cerita misteri lainnya yang aku alami di Dramaga Bogor. Sebelum aku pindah ke Perwira, aku mengontrak rumah bersama 4 orang lainnya di Balebak. Rumah itu kecil, ukurannya kira-kira 4.5x10 m, terbagi menjadi empat kamar yang cukup besar di sisi kiri rumah, dan satu kamar di sisi kanan, 1 ruang tamu di depan, sebuah ruang kecil di tengah dan dapur di belakang. Kiri dapur ada kamar mandi yang cukup panjang dan kanan dapur ada tempat cucian yang memanjang. Dari ruang tamu ke dapur dihubungkan dengan satu gang kecil. Dua kamar berpintu ke ruang tamu, tiga kamar lainnya berpintu ke gang. Kamarku adalah nomor dua dari depan (berpintu ke ruang tamu), saat itu kami punya akuarium yang cukup besar. Malam itu jam 2 am, aku beranjak pergi ke kamar mandi. Setelah selesai urusan di kamar mandi, aku beranjak tidur lagi. Setelah itu, temanku kemudian beranjak ke kamar mandi pula. Saat akan membuka pintu, ia mendengar suara aneh. Ia mendengar air akuarium seperti terguncang-guncang hebat. Ia pun memeriksa segera. Tak ada seorang pun di ruang tamu. Saat temanku memeriksa di ruang tamu, mungkin aku sudah tertidur. Semua orang saat itu tidur kecuali temanku. Temanku kemudian ke kamar mandi. Namun, sesampainya di dapur, ia mendengar ada suara rintihan atau desahan seseorang di dalam kamar mandi, seperti buang air besar. Menyadari tak ada satupun yang masih bangun, temanku langsung balik ke kamarnya dan tak jadi ke kamar mandi. Suara itu, menurut temanku, masih dapat ia dengar hingga kamarnya...

ketemu hantu

Assalamualaikum WR.WB. Hallo sobat CERITA MISTERI, aku anak baru nih di sini. Namaku Teguh, salam kenal yah. Aku punya sebuah pengalaman yang bisa dibilang tegang dan lucu. Oke supaya cepat langsung saja simak cerita berikut ini: Kejadian ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Ceritanya gini, aku kan sedang nongkrong bareng dengan teman-teman (Anto, Kirun, Varzo). Waktu itu kalau gak salah hari Kamis malam Jum`at. Nah ketika kita lagi asyik2 ngobrol ngalur-ngidul gak karuan, tiba-tiba tersirat di pikiranku mengajak teman-temanku itu untuk uji nyali di sebuah tempat yang memang benar2 angker. Percakapan pun dimulai disana. Aku: "Eh daripada ngomongin yang bukan2, mending kita uji nyali yuk? berani gak?" (tantang aku). Anto: "Lah lu jangan sok jadi jagoan deh pakek nantang2, ntar mah kalau ketemu sama setan bisa buang air kecil di celana lagi!!" (sambil tertawa). Aku: "Yeh luh malah ngeledek! udah berani gak?" Varzo: "Lagian kok lu tiba-tiba ngajakin kita buat uji nyali sih?" Aku: "Kan gue belum pernah liat yang namanya, POCONG, KUNTILANAK, GENDERUWO, atau apalah. Kan gue penasaran aja pengen tahu gimana sih wujud mereka tuh, kan katanya serem". Varzo: "Emang serem bego, apalagi yang namanya genderuwo, iiihhh merinding gue liatnya". Aku: "Emang lu udah pernah lihat gitu?" Varzo: "Ya udahlah, makanya gue ga mau lihat yang kayak gituan lagi. Kalo lo mau lihat, lihat sendiri aja sana, gue mah ogah". Aku: "Run, gimana lu mau gak?" Kirun: "Yaudah ayok, gue juga penasaran lihat tuh tampang setan kayak gimana" (dengan nada keras. Perlu diketahui bahwa temanku yang namanya Kirun itu memang cukup pemberani tapi dalam masalah tawuran antar sekolah :D) Aku: "Yaudah ayok kita berangkat, To ikut ga lu?" Anto: "Ga ahh, males gue" Aku: "Ah banci lu jadi cowok. Ya udah ayu Run kita jalan" Perjalanan pun dimulai... Ketika dalam perjalanan kami ber-2 tidak merasakan hal2 yang aneh. Tapi ketika kami hampir sampai sekitar 20 meter ketempat tujuan, di belakangku ada yang melempar punggungku dengan batu (aku pun menjadi merinding). Tempat yang kami tuju itu adalah sebuah POHON MANGGA yang besar berada di pinggir kuburan. Ujian pun di mulai. Tantangannya adalah kita berdua harus berjalan dibawah pohon tersebut dan tidak boleh lari... Ketika kita sedang berjalan dengan santainya, alangkah terkejutnya kami melihat sesosok wanita memakai baju putih, rambut panjang, dengan muka yang tidak karuan sedang beryanyi di atas pohon (dan kakinya di ayun2kan). Kami ber-2 pun kaget, lalu kami mengambil langkah seribu. Bodohnya aku, ketika aku sedang lari masih saja trus melihati bayangan tersebut sampai2 aku masuk ke kubangan yang lumayan dalam. Dan temanku pun tidak kalah lucunya, dia menabrak tong sampah hingga sampahnya keluar berhamburan. Dan aku pun kini percaya bahwa mereka itu benar adanya... Sekian ceritaku, mohon maaf apabila terjadi salah penulisan kata, namanya juga manusia (tidak ada yang sempurna, kesempurnaan itu hanya milik ALLAH AZZA WAJALLA saja). Wassalamualaikum WR.WB

rumah nenek

Ini cerita ku yang kedua, cerita ini merupakan pengalaman ku sendiri. Langsung aja dehh.. Saat itu aku berumur 15 tahun. Pada waktu liburan sekolah, ayah mengajak kami sekeluarga berlibur di desa nenekku yang ada di Lampung. Sekedar informasi, desa nenekku ini masih banyak hutan belantaranya, kalau kita kesana melewati jalur darat mesti hati2 karena bukit disana tanahnya sering longsor menimpa jalan. Ya udah kembali ke cerita.. Akhirnya setelah beberapa jam di perjalanan, kami pun sampai ke rumah nenek di saat Matahari sudah tenggelam. Tanpa ba..bi..bu.. setelah membersihkan diri aku pun segera bergegas untuk beristirahat di kamar yang telah disiapkan nenek. Ketika sedang asik2 nya tiduran, perlahan2 aku menangkap sosok bayangan putih sedang duduk jongkok di sebelah tempat tidur ku. Kebetulan saat itu aku tidur menghadap sebelah kanan. Aku pun mulai ketakutan, segera ku tarik selimut untuk menutupi wajah ku. Aku ingin berteriak tapi sayang mulut ini terasa terkunci. Aku pun mencoba mengintip dibalik selimut, ternyata sosok itu belum hilang, malah sosok bayangan tersebut mulai menyerupai perempuan berambut panjang. Kembali ku tutupi wajah ku dengan selimut berharap itu hanya mimpi. Aku pun kembali mengintip di balik selimut, sosok perempun tersebut belum juga hilang. Karena sangat ketakutan aku mencoba memberanikan diri untuk keluar dari kamar. Aku segera bangkit dari tempat tidur, sambil memalingkan wajah ku dari sosok itu, sesegera mungkin aku berlari menuju pintu kamar. Tetapi tiba-tiba... Saat aku ingin membuka pintu, tiba-tiba kaki kanan ku seperti ada yang menarik. Ketika aku menoleh ternyata kaki kanan ku ditarik oleh perempuan yang ada disebelah tempat tidur ku tadi. Aku pun mulai menjerit histeris. Perempuan tersebut tersenyum dengan sisi mulut yang telah robek. Aku menjerit memanggil ayah dan ibu ku... Syukurlah ayah dan ibu ku mendengar jeritan ku. Mereka menggedor2 pintu kamar ku, tetapi mereka tidak bisa membuka pintu kamar ku karena terkunci dari dalam. Dengan tenaga yang tersisa ku mencoba menggapai kunci di pintu kamar ku, namun perempuan berambut panjang tersebut semakin menahan kaki ku.. Aku pun pasrah dan mulai berdoa kepada Allah dengan membaca ayat2 pendek. Alhamdulilah kaki kanan ku terlepas, secepat mungkin ku membuka pintu kamar ku. Ibuku dengan raut wajah cemas segera memeluk ku. Ayah langsung memeriksa kamar itu, namun tidak ada apa-apa. Setelah aku tenang, nenek menghampiri ku. Ia mengatakan bahwa yang mengganggu ku tadi hanya ingin kenalan dengan ku. Semenjak kejadian itu, setiap aku liburan ke rumah nenek, aku ga mau tidur sendirian lagi. Sori kalau cerita nya ga serem.

ditempel mahluk halus

Gak perlu gue ngenalin nama gue siapa, kalian udah pada kenal kan sama gue, yang belom kenal gabung di facebook gue (wellay smoker lulaby) bisa juga (welly arles aistis). Langsung saja... Siang tengah hari bolong, gue nganterin sodara sobat gue yang mau dimakamkan di pemakaman Budidarma. Gue bertiga sama sobat gue nunggu di kuburan yang udah jadi (udah lama maksudnya). Gue kan orangnya humoris sering becanda sama sobat gue, liat-liat nama nama yang udah almarhum. "Namanya aneh-aneh" kata gue, "lahirnya juga udah seabad ada yang sebelum tahun 45", pokoknya konyol abis gue disitu kaya jadi pelawak. Sobat gue nyeletuk "Belom kena aja ni anak. Kalau kena, kesurupan lu". Gue cuma cengar-cengir sambil ngeroko samsu. Lanjut ke malam, gue maen futsal bareng tim gangaan gue, arsenal al istiqoma nama tim gue. Gue ngerasa badan udah gak enak seperti ada yang nempel, tapi dibawa enjoy aja sambil nikmati permainan. Biasa gue maen 5 menit sebelum diganti, tapi ini cuma 2menit. Pada heran teman-teman gue "Kenapa? gak biasanya Welly maen kaya begini?". Dan teman teman gue juga bilang gue maen kaya gak ada. Pulangnya gue diomelin sama pelatih, gue maen gak fit kurang kontrol bola, di kasih bola pas lewat terus, gak nyetak goal sama sekali... Besok harinya badan gue ngedrop, sakit semua dan gue udah minum semua obat warung hasilnya kosong tetep gak sembuh selama 4hari, ke dokter udah dikasih obat dari dia tapi tetep gak sembuh. Gue mikir mungkin ini hasil dari kejailan gue di kuburan itu. Yaudah gue ke rumah teman gue, langsung gue minta diliat ada yang nempel gak. Nyokap teman gue (nyokap teman gue panggil aja bubewok) kaget karena ada 13 mahluk yang di badan gue. Metal gue kuat, gue juga bisa ngendaliin diri, sakit gue gak diem aja di rumah tetep beraktivitas seperti hari biasa walau badan ngedrop, kalo pikiran kosong bisa kesurupan gue. Dikeluarin deh satu-satu. Nyokap teman gue kewalahan ngeluarin satu-satu, gue manggil teman gue Susi. Bubewok kenal deket sama Susi, dari bubewoklah gue kenal susi, dia tau gue gampang banget ditempelin sejenis mahluk begituaan. Mulut susi komat-kamit, bubewok menjauh, mungkin tau apa yang mau dilakuin Susi. Susi ngobrol sama yang nempel dibadan gue, dia madap keatas atap. Gak tau apa, tiba-tiba nada keras yang dikeluarin Susi, sampe heboh semua tetangga pada dateng. Gue mah dengerin dia aja berbicara, sementara bubewok bikin air ayat kursi. Serentak kaget gue Susi ngeluarin bahasa aneh pake nada keras banget, sambil ngacung-ngacung. Sekilas gue ngerti make bahasa Jawa, dia bilang "Jika kamu gak kluar sekarang juga, aku akan manggil guru ku dan masukan kamu kedalam botol". Tetep gak mau keluar, Susi manggil gurunya masuk kedalam tubuh Susi. Cuma beberapa menit, semua yang nempel dibadan gue keluar. Ada satu cewek berdiri didepan gue sambil senyum, gue bengong maksudnya apa... Udah keluar, gue minum air yang tadi dibikin bubewok. Susi bilang, mereka dateng dari berbagai tempat dan gak seneng sama becanda gue yang mungkin kelewat batas, dari tempat kuburan ada 9 dan sisanya di tempat futsal. Emang sebelum gue maen tuh gue poto-poto dulu. Badan gue gak ngedrop lagi, gue sehat sedikit demi sedikit. Kata Susi gue jangan banyak diem, yang ada dia balik lagi, badan gue terlalu mudah buat ditempel...

suara dari pohon bambu

Nama gua Ijal, cerita gua sebelumnya adalah Kejadian Yang Selalu Teringat. Ini cerita berawal dari malam persiapan perpisahan sekolah teman gua Deni. Malem itu jam 7 Deni ngajak gua dan kakak gua Dian buat ngikut dia ke sekolahnya. Setelah segala persiapan acara perpisahan sekolah Deni selesai jam 11.30 malem dan seluruh orang bubar, gua, Deni dan Dian sepakat mau nginep ke rumah Aan. Kami langsung menuju rumah Aan tanpa menanyakan Aan ada di rumah atau ga. Setelah melewati gang sempit rumah Aan dan sesampainya di rumahnya ternyata Aan ga ada dan tiba-tiba hujan. Kami terpaksa duduk2 sebentar di teras depan rumah Aan sembari merokok. Selang setengah jam lebih, hujan mulai reda dan kami memutuskan pulang. Karena gua naek motor sendiri dan Deni dibonceng Dian, gua jalan lebih dulu di depan. Kebetulan jalan dari gang rumah Aan ke jalan utama kampung dijembatani bambu yang berjarak 1 meter. Karena gua sendiri, dengan mudah gua lewatin jembatan yang agak licin. Setelah itu giliran Dian nyebrang, Deni turun dari motor dan gua nunggu, eh si Dian malah bersihin sendalnya dari tanah. Tiba-tiba gua dengar suara cewek jelas banget manggil nama gua 5xan lebih dari arah pohon bambu rimbun yang kira2 berjarak 15 meter dari gang. Setelah menghayati suaranya dan melihat ke arah pohon bambu ga ada apa2 dan ga ada tanda2 Dian sama Deni dengar juga. Gua nyuruh mereka buruan dengan nada marah. Dengan heran Dian tanya "Kenapa lo?", gua cuma jawab "Ya udah buruan, nanti gua ceritain (masih dengan nada marah)". Setelah itu karena untuk menuju pulang ke rumah harus melewati pohon bambu sumber suara cewek tadi, karena sedikit penasaran, waktu melewati pohon bambu tersebut gua noleh, jelas banget ada sosok putih berambut panjang membelakangi. Langsung tancap gas gua. Sampe di rumah, baru gua cerita ke mereka. Dian, Deni : pantes lo tadi gupek bener..

gara gara shift malam

Halo saya Wisnu. Saya akan menceritakan cerita dari penjaga warnet kenalanku, dan saya akan menggunakan kata "aku" sebagai tokoh utama. Langsung saja cekidot. Malam itu aku datang ke warnet untuk kerja. Ndak seperti biasanya aku dapat shift malam karena penjaga malam yaitu Mas Trisno sedang sakit, jadi aku lah yang menggantikan. Rasa takut dan khawatir menghantuiku karena warnet yang dekat dengan kuburan sehingga membuat keadaan warnet cukup meyeramkan saat malam, dan juga cerita-cerita seram yang sering diceritakan mas Trisno. Tapi aku cuek dan membuang rasa takutku dengan mendengar lagu-lagu dan browsing. Ada satu pelanggan perempuan datang. Dari pakaiannya sih terlihat dia seorang pekerja kantoran. Lalu kusapa perempuan itu "kenapa baru pulang mbak?", tapi dia ndak menjawabnya. "Ahh biarlah, mungkin dianya ndak dengar". Lalu ku cek billing perempuan itu, "Lho kok? kok ndak nyala bilingnya?". Lalu saya pergi ke bilik computer untuk mengeceknya. Tiba-tiba "Lho mana perempuan yang tadi? perasaan dia masuk di sini. Ndak mungkin dia keluar karena cuma ada 1 pintu dan itu dekat tempat OP". Perasaanku bercampur aduk antara cemas dan takut. Lalu aku kembali ke meja OP, tapi aneh sekali ada bau yang menyengat, bau wangi bunga yang sangat menyengat. Perasaanku jadi ndak karuan dan aku teringat sama cerita-cerita Mas Trisno. Sambil ketakutan aku membaca doa-doa yang kubisa. Lalu tiba-tiba kudengar suara "braak" di bilik nomor 8 tempat perempuan tadi. "Suara apa itu?" sebaiknya aku liat deh". Setelah kucek ternyata ndak ada apa-apa. Lalu aku kembali lagi ke meja OP. Baru aku jalan 2 langkah, suara itu muncul lagi tapi lebih keras "braak". Lalu aku kembali dan melihat di bilik itu. Dan apa yang terjadi??? Ada sesosok wanita di bilik itu dengan rambut putih panjang, muka hancur dan berdarah, kuku yang panjang, dan berpakaian serba hitam. Serasa mati tubuhku ndak bisa bergerak, ingin kubaca doa-doa tapi apa daya suaraku ndak bisa keluar. Sekitar 3 menit aku bertatap muka dengan mahkluk itu dan seakan tubuhku kehilangan fungsinya dan akhirnya aku tak sadarkan diri. Saat aku sadar, kulihat ada Mas Trisno didekatku bersamaan dengan pemilik warnetnya. Di saat itu pula Mas Trisno malah tertawa dengan senangnya melihat keadaan saya. "Kamu itu baru ketemu 1 saja sudah KO, apalagi kalau ketemu yang bawa saudaranya. Makanya kalau jaga warnet jangan melamun dan sering baca-baca doa, tahu sendiri kan itu di depan ada kuburan". Lalu aku pun pulang dan aku pun kapok dapat shift malam, besoknya aku langsung sakit selama 5 hari. Konon, sering terjadi penampakan di warnet itu seperti kuntilanak, pocong, tuyul, nenek-nenek, dan wanita seperti yang dilihat sang penjaga warnet. Katanya mereka mengganggu karena sering ada anak muda nongkrong di depan warnet dan mereka berbicara kotor dan juga bertingkah tak sewajarnya.

dibawa mahluk gaib

Hai nama ku Zia dari Banjarmasin. Cerita yang akan ku ceritakan ini merupakan pengalaman yang dialami oleh teman ku di kampung. Kejadiannya terjadi memang sudah lama sekali, tepatnya saat ku kelas 3 SD. Begini ceritanya... Teman ku itu sebut saja namanya Asih. Asih belum pulang ke rumah saat menjelang magrib, ia bermain di pos kamling bersama kakaknya yang bernama Ika dan 1 orang teman kakaknya Lisa di kampung setempat. Beberapa saat kemudian terdengar suara kumandang azan magrib, namun mereka belum terlihat tanda-tanda ingin pulang ke rumah masing-masing (namanya juga anak-anak, hehe). Kemudian Ika membujuk adiknya yaitu Asih untuk ikut dengannya ke rumah temannya Dina yang berada tidak jauh dari Pos Kamling dimana tempat mereka bermain. Ika : De, ikut yu ke rumah Dina. Asih : Ga ah. Aku males ka. Aku nunggu disini aja. Ika : Beneran? Ga takut kamu sendirian? Asih : Ga sama sekali. Ika : Ya udah. Jangan kemana-mana ya. Tunggu kaka disini. Asih : Ok. Kemudian sepeninggal Ika, Asih duduk sendirian di dalam Pos Kamling. Tiba-tiba datang tantenya Asih yang rumahnya disekitar itu juga, dia berniat mengajak Asih ikut dengannya untuk membeli sesuatu. Tante Asih : Sih, ngapain kamu magrib-magrib sendirian disini? lebih baik ikut tante kedepan. Asih : saya lagi nunggu Ka Ika tante, tapi lama banget, lebih baik aku ikut tante aja deh. Dan mereka pun pergi tanpa ada yang melihat dikarenakan hari sudah menjelang malam dan orang kampung sebagian besar melaksanakan ibadah sholat magrib. Beberapa saat kemudian Ika kembali ke Pos Kamling bersama temannya, dimana tempat ia dan adiknya bermain tadi. Dia bingung, disana ia tidak menjumpai adiknya si Asih. Lisa : Mana adikmu Ka? Ika : Mungkin sudah pulang. Ayo kita pulang saja, nanti orang tua ku khawatir. Lisa : Ok. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Namun betapa terkejutnya Ika ketika sampai di rumah, Ibunya bertanya dimana adiknya yaitu Asih. Ibu : Mana Asih ? Ika : Bukannya sudah pulang bu, tadi ku lihat dia sudah tidak ada di Pos Kamling. Pikir ku mungkin dia sudah pulang duluan. Ibu : Asih belum pulang dari tadi, makanya Ibu tanya sama kamu. Kenapa kamu tidak menjaga adikmu. Kemudian Ika menceritakan semuanya kepada Ibunya bahwa Asih ditinggalnya sendirian di Pos Kamling. Dengan cemas ibu Ika segera memberitahukan kepada para tetangganya. Tak berselang waktu lama seluruh warga kampung langsung mencari Asih dengan memukulkan sebilah bambu pada Nyiru (nampan lebar yang terbuat dari anyaman yang biasa digunakan untuk menampik beras). Para penduduk yakin Asih dibawa dan disembunyikan Makhluk halus. Setelah beberapa jam, para warga menemukan Asih yang sedang tertidur dibawah pohon di sebuah taman luas milik sebuah perusahaan kayu yang berjarak sekitar 2 KM dari tempat Pos Kamling dimana Asih bermain tadi. Para warga langsung membangunkan Asih. Kemudian Asih ditanyai oleh Ibunya siapa yang membawanya kesana. Menurut Asih ia ikut tantenya ke sebuah Pasar yang sangat ramai. Dan menurutnya kemudian ia pulang dan tidur di kamarnya. Asih : Saya ikut tante ke pasar Bu, pasarnya rame banget. Terus saya disuruh nunggu disini tapi tantenya lama sekali ga datang-datang. Saat ditanya pada Tante Asih apakah benar yang dikatakan anak polos itu, Tante Asih mengelak. Ia mengaku tidak sedang bepergian kemana-mana saat waktu Asih hilang. Tante Asih pada saat itu sedang di rumah. Para warga kampung pun merasa sangat yakin kalau Asih sedang dibawa oleh makhluk halus yang menyerupai Tantenya sendiri, entah itu kuntilanak, wewe gombel, atau apapun itu. Sekian cerita dari ku.

cerita adikku

Kejadian ketiga terjadi pada saat sekeluarga pergi jalan2 ke mal, Mal yang cukup terkenal di Cimahi (kalau orang Cimahi pasti tau). Nah, sampailah kita ke mal itu, seperti biasa aku selalu dititipin untuk jagain Avin. Setelah cukup lama jalan-jalan di mal itu, aku kebelet pengen pipis, sementara aku terpisah sama keluarga karena mereka semua asik berbelanja. Ya udah dengan sangat terpaksa aku mengajak Avin ke toilet di mal tersebut. Di toilet itu penuh banget bahkan sampai ngantri baris di depan pintunya. Tibalah saat giliran ku masuk. Aku bingung mau taro Avin diluar takut nangis, ya udah dengan terpaksa aku ajak dia masuk toilet. Pas masuk Avin langsung teriak: "Ada setaaan..." (teriak kenceng banget). Sontak aku pun kaget banget. Kalau aku buka pintu dia diem gak nangis, pas aku tutup lagi pintunya dia teriak lagi ada setan. Aku coba tutup sekali lagi, dan dia menangis lagi dengan sekeras-kerasnya. Aku bawa aja adikku keluar, dia tetap masih menangis. Semua orang disana bertanya "Kenapa, katanya ada setan ya?". Aku hanya bilang "Ga ada ko, ni cuman anak kecil aja". Pas aku tanya sama Avin Aku: "Dek tadi liat apaan?" Avin : "Ada setan di sana, gerak-gerak teruuus..." Menurut pengakuan Avin, setan itu cewek dan dia gerak-gerak gitu terus. Katanya mukanya penuh darah, iih serem lah katanya, pantesan dia sampai takut. Untung aku gak ngalamin, kalau aku yang ngalamin pasti bakalan takut sepanjang masa, Sekian dulu, maaf kalau kepanjangan, ntar deh aku share lagi. Coment nya yang membangun aja ya. Thanks

mbah petruk ngamuk

cerita humor

Ketika seorang perempuan sedang dalam proses melahirkan yang dibantu oleh dokter kandungan. Tiba-tiba ia berhenti mengejang dan memanggil dokternya dan berkata, "Dokter, tolong ya nanti ceritakan warna dari setiap bagian tubuh anak saya." “Lho kenapa?” tanya dokter dengan heran. “Mmmhh, saya sebenarnya aktris Film Panas dan anak ini saya dapatkan ketika main dalam blue film. Saya tidak tahu persis siapa ayahnya,” kata perempuan tersebut. Mendengar penuturun wanita terebut, Dokter hanya mengangguk tanda mengerti. Akhirnya ketika kepala si bayi keluar, dokter berkata, “Nah, kepala bayi sudah mulai muncul. Warna rambutnya pirang. Apakah di film itu ada aktor bulenya?” “Ada Dok, makasih.” “Wah, kulit mukanya agak pucat dan matanya sipit. Apakah ada aktor Cinanya juga?” “Ada Dok, ada.." “Sekarang keluar dada dan kedua tangannya. Kok warnanya hitam. Ada aktor negronya, ya?” “Iya, ada…” “Nah, sekarang kakinya. Warnanya coklat sawo matang. Ada orang Indonesianya rupanya.” “Oh ya....” Setelah seluruh tubuh bayi keluar, dokter memukul pantatnya dan keluarlah suara tangisnya, “Ooeeeee…” "Terimakasih, Tuhan. Aku kira tadi ia akan menyalak,” desah si ibu baru. Read more at: http://gocengblog.blogspot.com/2012/03/cerita-lucu-banget.html Copyright by gocengblog.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini

cerita lucu 2

Ibu Kiem ingin pergi ke pasar. Ia meminta ketiga anaknya untuk mengantarnya. Anak pertama bernama SIM, anak kedua bernama Helm, anak ketiga bernama Bodoh. "Sim anterin ibu ke pasar, yul," ajak Bu Kiem. "Ahhh ntar dulu deh, Bu. Saya mau makan dulu," jawab Sim. "Helm, anterin ibu ke pasar, yuk," Bu Kiem mengajak anak keduanya. "Ahh, Ibu. Aku mandi dulu, deh," Helm mengelak. "Bodoh, anterin ibu ke pasar, yukkk," kata Bu Kiem. "Ayo," jawab si Bodoh. Di perjalanan, sepeda motor yang dikendarai si Bodoh diberhentikan polisi. Si Bodoh bertanya, "Pak, kok saya diberhentiin sih?" "Coba saya liat Sim-mu," perintah polisi. "Lagi makan, Pak," jawab Bodoh. "Helm-mu mana?" tanya polisi itu kebingungan. "Lagi mandi, Pak," jawab Bodoh lagi. "Kamu bodoh, ya?" hardik polisi itu. "Iya, Pak. Kok, bapak tau? Hehehe," jawab Bodoh sambil tertawa kegirangan. Read more at: http://gocengblog.blogspot.com/2012/03/cerita-lucu-banget.html Copyright by gocengblog.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini

cerita lucu

Mahasiswi 1: "Eh, si X kan ketauan kalo skripsinya hasil plagiat." Mahasiswi 2: "Seriusan loe, kasian amat." Mahasiswi 1: "Yeeee, itu mah salah dia sendiri yang bodoh!" Mahasiswi 2: "Iya juga sih." Mahasiswi 1: "Lagi plagiat skripsi temen satu kampus sendiri, kaya gua dong, plagiat punya orang yang beda kampus!" Mahasiswa 2: "wew..... " Read more at: http://gocengblog.blogspot.com/2012/03/cerita-lucu-banget.html Copyright by gocengblog.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini

hitam segalanya

Alkisah di negara Afrika sana, manusia yang paling hitam adalah yang paling hebat! Hitam dalam arti hitam segala-galanya, itulah Negro Sejati! Ada 3 orang anak kecil yang sedang membandingkan kehitaman Bapaknya. Anak yang ke 1 : ” Babe gue kemarin sedang ngupas Apel, eh..tangannya terluka, DARAH nya HITAM!!!!… Anak yang ke 2 : “Papi ku kemarin sedang benerin Parabola,eh..terjatuh sampai patah tulang, TULANG nya HITAM !!!” Anak yang ke 3, nggak mau kalah hebat : “Hm.. itu belum seberapa,tadi malam waktu kami sedang nonton TV diruang keluarga, tiba-tiba Bokap gua KENTUT, …..e-eh,…tiba tiba seluruh ruangan jadi GELAP !!!!!!”

indonesia tetap cangggih

Dalam rapat perkembangan teknologi abad-21, ada utusan dari indonesia, jepang dan amerika. Amerika melihatkan kemajuan teknologinya. Saat ada telpon masuk, Amerika tidak lagi menggunakan hp, tapi memegang kancing bajunya dan berbicara. Orang Indonesia heran “Wuih gila loe yach, bisa kayak gitu” Orang jepang langsung nyeletuk, “Wach punyaku lebih gila lagi nich….”dan kemudian dengan jari jempol dan kelinking orang jepang itu menelpon rekannya, ck..ck…’ memang gila nich…,”kata orang indonesia itu dengan rasa kagumnya. akhirnya orang indonesia ini bingung, apa yang akan ditunjukkan kepada kedua rekannya itu. tiba-tiba orang indonesia ini menggetarkan badannya dan matanya merem melek. orang amrik dan jepang bingung, lantas bertanya,” hi..hi… kamu sedang ngapain…..” “Hus diam !!! fax sedang masuk nich….!!!” kata orang indonesia

mengaku saja

Seorang guru Sejarah memberikan pertanyaan kepada murid-muridnya, “Anak-anak, siapa yang menulis Pancasila dan UUD 1945?” Murid-murid semua diam seribu bahasa. Karena hingga menjelang usai jam pelajaran belum satu murid pun menjawab, sang guru marah dan akhirnya menghukum seluruh muridnya berjemur di lapangan upacara hingga sore hari. Salah seorang murid tersebut, sebut saja Anto, tiba di rumah dengan menangis tersedu-sedu. Ayahnya yang keheranan bertanya, “To, kenapa kamu? Berkelahi?” Anto menjawab, “Bukan Pak, tapi kami dihukum jemur oleh pak Guru.” Ayahnya bertanya lagi, “Kenapa sampai dihukum?” Anto menjawab, “Kami tidak menjawab siapa yang menulis Pancasila dan UUD 1945, pak” Tiba-tiba muka sang Ayah merah padam dan menampar anaknya itu sembari menghardik, “Kenapa tidak mengaku saja kamu yang menulisnya!!!”

kebiasaan makan di pesawat

Kebiasaan makan dipesawat terbang ……. Bila selesai makan, garpu dan sendok : 1. disilangkan = penumpang dari Amerika 2. sejajar = penumpang dari benua Eropa 3. Sejajar diluar piring = penumpang dari Jepang 4. hilang = penumpang dari Indonesia

memilih suami / istri yang tidak kejam

Seorang nenek yang telah merokok selama separo masa hidupnya berkata: "Hai, cucu perempuanku, kamu sekali-kali jangan kawin dengan seorang pria yang telah berhenti merokok." Aku merasa agak bingung, maka itu aku bertanya: "Mengapa?" "Pria yang mampu berhenti merokok tentu mempunyai sifat yang sangat kejam. Coba kamu bayangkan, rokok pun telah dia campakkan, maka perbuatan bengis apa lagi yang tak bisa dia lakukan!" kata sang nenek. Mendengar perkataan ini, sang kakek berkata kepada cucu lelakinya yang ada di sampingnya: "Kelak bila kamu mencari seorang calon teman hidup, sekali-kali jangan mencari wanita yang telah berhasil melangsingkan tubuhnya. Seorang wanita kalau sampai sudah bisa berhasil mengendalikan mulutnya sendiri, maka perbuatan kejam lainnya yang mana lagi yang tidak bisa dia lakukan!"

ga lucu ha yang ini

ada suatu hari, ponselku berdering, ternyata ada sebuah pesan pendek meluncur masuk: "Harap Anda mengirim uang ke rekening nomor XX..." Waktu itu aku bermaksud menggoda pengirim pesan pendek palsu itu, maka itu aku membalasnya: "Uang berapa saja jumlahnya tak masalah, asal anakku yang sekarang ada di tanganmu selamat." Kurang lebih 10 menit kemudian, dia memberi balasan: "Bu, saya ini seorang penipu. Anak Ibu tak ada di tanganku. Carilah anak Ibu cepat-cepat!" Seketika itu, air mataku jatuh berlelehan.

membagi 17 ekor kambing

Sebuah desa miskin menerima bantuan dari pemerintah sebanyak 17 ekor kambing. Setalah diteliti, maka terpilihlah 3 orang yg paling berhak untuk menerima bantuan kambing itu. Orang pertama berhak mendapat 1/2 bagian, orang ke-2 mendapat 1/3 bagian, dan orang ke-3 Mendapat 1/9 bagian. Permasalahan muncul ketika ke 3 orang ini ingin mendapatkan kambing dalam keadaan hidup ( utuh )! Sang kepala desa puyeng mikirin ini, gimana caranya ngebagi kambing agar pas dan dalam keadaan utuh semua. Di saat suasana sedang hot dan hampir menjadi kerusuhan, datanglah saya ( Eng,Ing, Eng ). Sesudah mengerti dengan keadaannya, saya jumpai Pak Kades dan saya pinjem 1 ekor kambingnya. Pak kades terlihat nggak begitu rela, sampai akhirnya saya harus mejamin dan berjanji bahwa kambing itu pasti akan kembali. Nah sekarang ada 18 Ekor kambing, mari melakukan pembagian!!! 1/2 dari 18 = 9 1/3 dari 18 = 6 1/9 dari 18 = 2 Nah! 9+6+2 = 17 kan? Kemudian kambing Pak Kades saya kembalikan lagi, seluruh penduduk desa berbahagia dan saya melanjutkan petualangan saya menolong mereka yang lemah.

uang jaman dulu daerah lampung

rate dolar 29 Mei 2012 jam 12.00 wib

Currency AUD 9,222.49 9,564.93 9,232.49 9,554.93 EUR 11,751.93 12,176.98 11,761.93 12,166.98 HKD 1,197.49 1,263.58 1,197.49 1,263.58 JPY 117.15 123.06 117.40 122.81 GBP 14,738.77 15,179.24 14,748.77 15,169.24 SGD 7,334.39 7,620.42 7,344.39 7,610.42 USD 9,410.00 9,695.00 9,420.00 9,685.00 NZD 7,107.84 7,414.40 7,117.84 7,404.40 CHF 9,781.01 10,128.97 9,791.01 10,118.97 CAD 9,160.13 9,493.13 9,170.13 9,483.13

kisah nyata

BERIKUT KISAH SEORANG KARYAWAN YANG MEMUTUSKAN KELUAR DARI TEMPAT KERJANYA KARENA TIDAK TAHAN LAGI DENGAN BERBAGAI PENYIMPANGAN SYARIAH YANG DILAKUKAN BANK SYARIAH TEMPAT KERJANYA. oleh Amir Siahaan Tekadku sudah bulat: keluar dari bank syariah tempatku bekerja, dan kini aku di ruangan atasanku untuk menyerahkan surat pengunduranku. Aku tidak peduli lagi ketika atasanku mencoba mempengaruhiku agar aku kembali berpikir ulang. Alhamdulillah. Permohonan pengunduranku, yang kuajukan tiga bulan sebelumnya, akhirnya disetujui. Per November 2008 aku secara resmi resign dari tempat kerjaku. Bekerja di bank merupakan keinginan banyak anak muda. Termasuk aku. Sebut saja Aku Amir. Aku memilih bekerja di bank syariah, antara lain karena berharap mendapatkan harta barokah, halal, dan juga bisa berdakwah, mengedukasi umat mengenai pentingnya mencari harta yang halal dan betapa bahaya dan besarnya dosa riba. Layaknya para pemuda yang mengaku ‘aktivis dakwah’. Tapi aku memilih pindah karena yang kuimpikan tidak sesuai dengan kenyataan. “Kamu jangan gegabah, Mir. Kenapa kamu malah resign. Saya nilai, kinerja kamu bagus. Kita di sini kan untuk berdakwah,”(a) kata atasanku ketika aku menghadapnya untuk menyerahkan surat permohonanku. Berdakwah? Apa yang kualami sungguh berbeda dengan yang dia katakan. Aku mencoba melakukan hal-hal kecil di kantorku yang kuyakini kebenarannya. Meja makan di kantor kupisahkan. Yang untuk pegawai pria sendiri. Terpisah dengan meja makan pegawai perempuan. Tapi meja-meja makan itu dikembalikan ke posisi semula. Di kantorku ada lebih dari satu toilet. Aku mengusulkan agar satu toilet khusus untuk karyawati dan toilet lainnya untuk karyawan. Tapi aku malah dicemooh.(b) Aku pun mencoba menyampaikan hal-hal yang lebih prinsip. Bukan sekadar hal-hal remeh itu. Misalnya, aku pernah mengingatkan atasanku, dalam sebuah briefing pagi, bahwa hadis yang ia sampaikan itu lemah, sebagaimana pernah kubaca. Namun yang kusampaikan menjadi bahan tertawaan.(c) Aku pun pernah mengingatkan mengenai perilaku yang menurutku keliruannya sudah keterlaluan. Suatu hari aku mengikuti kegiatan outbond yang diselenggarakan oleh kantor pusat dan diikuti oleh karyawan berbagai kantor cabang. Salah satu kegiatan dalam pelatihan itu, trainer mengharuskan kami bergendongan dan berpelukan. Bukan sejenis, tetapi dengan lawan jenis.(d) Aku menyampaikan protes. Tapi tanggapan yang kuterima membuat hatiku sakit. “Tadi pagi saya dikritik oleh Amir. Katanya haram bersentuhan laki dan wanita.” (e) “Walaupun prianya di sebelah tembok dan wanitanya di sisi yang lain, kalau hati kotor, ya tetap aja kotor,” (f) kata Pak direktur sumber daya manusia (SDM) bank tempat kerjaku, sembari tersenyum. Aku merasa senyumnya itu mentertawaiku. Seakan aku anak ingusan yang tidak tahu sedikit pun mengenai agama Islam.(g) Aku mencoba bersabar. Aku berkata dalam hati, apakah mereka tidak pernah belajar agama Islam? Allahu’alam. Menurutku, itu belum seberapa dibandingkan apa yang kualami kemudian dalam sebuah pelatihan lainnya. Seorang trainer, yang menurutku paham mengenai syariat Islam, dalam sebuah pelatihan yang kuikuti, menyampaikan sebuah permakluman yang menurutku sudah keterlaluan. Ia menerangkan, sesungguhnya kita belum bisa lepas dari sistem riba. Aku heran, mengapa mereka yang di bertugas di kantor pusat bisa berkata seperti itu. Hal serupa terjadi dalam kegiatan pembelajaran mengenai zakat yang kuikuti. Kegiatan ini dinamakan basic training yang harus diikuti oleh setiap karyawan di tempat kerjaku. Kegiatan berlangsung seminggu. Materi disampaikan oleh seorang ustad muda. Di belakang namanya ada “Lc”-nya. Ia menerangkan mengenai zakat profesi serta berbagai qiyas takaran nishabnya. Ia juga menjelaskan bahwa menurutnya zakat profesi tidak pernah dilakukan di zaman para sahabat. Aku tidak menyia-nyiakan waktu saat ia memberi kesempatan kepada para peserta untuk bertanya. Aku bertanya mengenai dasarnya menentukan nishab zakat profesi. Ia menjelaskan panjang lebar. Dan akhirnya sampai pada pertanyaanku mengenai hukum zakat profesi. Aku tidak terlalu puas dengan jawabannya. Aku kembali bertanya. “Ustad, kalau memang zakat profesi itu perkara baru yang tidak pernah dilakukan para sahabat, lantas kenapa kita harus melakukannya?” Jawaban dia membuatku mengelus dada. “Inilah dia. Ini adalah ciri-ciri salafi, sedikit-sedikit tanya dalil, sedikit-sedikit bid’ah.” (h) Aku berkata dalam hati, “Apa salahnya bertanya dalil? Mengapa pula harus dihubung-hubungkan dengan salafi?“ Pengalaman serupa terjadi pada kegiatan pelatihan lainnya. Materi disampaikan seorang ulama aktivis Majelis Ulama Indonesia. Wajahnya sering menghiasi layar kaca. Seorang peserta bertanya kepadanya. “Pak, mengapa di bank syariah lebih banyak karyawan yang tampaknya awam alias hanya sedikit paham agama?” “Ya, ini memang sebuah pe-er (PR) bagi kita. Ketika kita ingin memperkerjakan orang yang paham agama, akan tetapi meraka tidak paham tentang perbankan, ketika kita mempekerjakan orang paham perbankkan untuk menangani urusan oprasional tetapi ia tidak paham syariat. Untuk itu, demi kelancaran, kita memilih yang labih paham masalah perbankkan.” Begitu kira-kira jawaban yang ia sampaikan. Aku rasa tidak perlu menceritakan secara detil berbagai penyimpangan operasional perbankan syariah, karena perkara ini telah cukup dibongkar habis dan diterangkan para ustad di berbagai kajian mereka. Aku sendiri pun merasa berbagai hal di bank syariah tempatku bekerja tidak lagi sesuai dengan kebenaran yang kuyakini. Bukan saja kegiatannya cenderung meninggalkan syariat. Namun juga tidak islami. Menurutku, yang kulihat dan kualami belum seberapa. Masih banyak lagi penyimpangan yang menurutku sudah jauh dari operasional per-bank-kan syariah yang seharusnya. Bahkan syirik, khurafat, dan lainya. Yang melakukan memang oknum. Tapi menurutku, oknum-oknum itu justru yang diberi kepercayaan untuk mengemban salah satu amanah syariah agama yang suci. Innalillahi wainnaa ilaihi roji’uun. Itulah alasan utamaku untuk memutuskan keluar dari tempat kerjaku. Oh, iya. Ada kisah kecil lainnya. Ini mengenai bekas atasanku. Ia, yang dipromosikan menjadi kepala cabang di kota lain, suatu hari berkunjung ke bekas kantornya, ya bekas kantorku juga, ya. Kepada rekanku yang masih bekerja di sana, ia mengorek informasi mengenai alasanku resign. Temanku itu menyampaikan kepadaku soal tanggapannya. Katanya, “Amir itu pikirannya terlalu picik. Mana bisa zaman sahabat mau dibawa kepada zaman sekarang.” (i) Keputusanku membuat dunia kecil di sekitarku bergoyang. Orangtuaku tidak setuju. Tapi akhirnya ia dapat memahami keputusanku. Alhamdulillah. Aku juga diberi istri yang qona’ah. Dia bukan hanya dapat menerima keadaanku. Bahkan ia mendukung keputusanku. Kami sama-sama bertekad menjauhi harta riba. Sementara aku mencari pekerjaan lain, kami mencoba melakukan bisnis kecil-kecilan. Berjualan pisang bakar lalu yang kuantar ke warung-warung. Juga mengumpulkan korankoran bekas untuk dijual. Bahkan aku menjadi tukang ketik, sales handphone sekenan, dan usaha serabutan lain. Aku mencoba mengerjakan apa saja sambil juga melamar kerja. Tidak mudah. Hari pertama kami berjualan pisang bakar, malamnya aku demam. Warung kami hanya bertahan tiga bulan. Aku tutup karena kehabisan modal. Aku fokus melamar kerja. Tes demi test dan wawancara demi wawacara kulalui. Akhirnya aku diterima bekerja sebagai karyawan tetap perusahaan industri pendukung perusahaan minyak dan gas di luar daerah. Aku meninggalkan istri yang sedang mengandung anak kedua kami selama sebulan untuk mempersiapkan segala keperluan kepindahan kami ke daerah baru. Alhamdulillah, aku masih berkesempatan pulang setiap minggu menemui anak dan istriku. Sekarang, aku dan istriku yang sedang menunggu kelahiran anak ketiga kami. Orang-orang mengatakan, ini daerah industri. Di tempat baru kami bisa belajar agama lebih baik karena banyak kajian dan para ustad. Istriku pun bekerja menjadi guru di salah satu sekolah Islam. Dia banyak belajar ilmu agama di sana. Aku ingin mengatakan, tidak semua cerita keluarnya karyawan dari pekerjaan lamanya karena perkara haram lantas mendapatkan pekerjaan baru lebih baik dalam hal penghasilannya. Penghasilanku sekarang tidak seberapa. Jauh lebih kecil ketimbang ketika bekerja di bank syariah. Andaikan seseorang keluar dari perbankkan syariah lalu menjadi jadi lebih kaya, pastilah akan banyak karyawan yang pindah kerja. (j) Bagiku, ketenangan dan keberkahan-lah yang utama. Jangan takut miskin. Tetaplah bekerja. Biarlah kami miskin harta, tapi kami percaya Allah Subhana wa ta’ala tidak akan pernah menyalahi janjinya. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Dan janji Allah bisa saja terjadi di dunia atau di akhirat, kelak. Batam, 1 Februari 2012. sumber: Majalah Pengusaha Muslim, edisi 25, Maret 2012

Sabtu, 26 Mei 2012

batu bata jelek

Setelah kami membeli tanah untuk Vihara kami pada tahun 1983, kami jatuh bangkrut. kami terjerat hutang. Tidak ada bangunan di atas tanah itu, pun tidak ada sebuah gubuk. Pada minggu-minggu pertama kami tidur di atas pintu-pintu tua yang kami beli murah dari pasar loak. Kami mengganjalnya dengan batu bata pada setiap sudutnya untuk meninggikannya dari tanah. Kami hanyalah Bhikkhu-Bhikkhu miskin yang memerlukan sebuah bangunan. Kami tak mampu membayar tukang… bahan-bahan bangunannya saja sudah cukup mahal. jadi saya harus belajar cara bertukang : bagaimana mempersiapkan pondasi, menyemen dan memasang batu bata, mendirikan atap, memasang pipa-pipa… pokoknya semua. Kelihatan gampang membuat tembok dengan batu bata : tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. ketika saya memulai memasang batu bata, saya ketok 1 sisi untuk meratakan nya, sisi lain nya jadi naik. lalu saya ratakan sisi itu, batu bata nya jadi melenceng. Setelah saya meratakan kembali, sisi yg pertama jade terangkat lagi. coba saja sendiri. Sebagai seorg Bhikkhu yg memiliki kesabaran dan waktu yg banyak, saya pastikan setiap batu bata terpasang dengan sempurna, tak peduli berapa lama jadi nya. Akhirnya saya menyelesaikan tembok batu bata saya yang pertama dan berdiri di baliknya untuk mengagumi hasil karya saya.. saat itu la saya memperhatikannya… oh, tidak..!! saya telah keliru meyusun dua batu bata. Semua batu bata lain sudah lurus, tetap dua batu bata itu terlihat miring. mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok. Saat itu semennya sudah terlanjur keras untuk mencabut dua batu bata itu, jadi saya bertanya kepada kepala Vihara apakah saya boleh membongkar tembok itu dan membangun kembali tembok yang baru.. Kepala Vihara bilang tidak perlu, biarkan saja tembok nya seperti itu. Ketika saya membawa para tamu pertama berkunjung keliling Vihara setengah jadi kami, saya selalu menghindari membawa mereka melewati tembok bata yang saya buat. Saya tidak suka ketika ada org melihat dua batu tersebut. lalu kira-kira 3-4 bulan setelah saya membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorg pengunjung dan dia melihatnya… "Itu sebuah tembok yang indah," ia berkomentar dengan santai nya… "Pak" saya menjawab dengan terkejut, "apakah kacamata anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan anda sedang terganggu? Tidakkah anda melihat dua batu bata jelek itu merusak keseluruhan tembok itu?" Ucapan dia selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap tembok itu, berkaitan dengan diri saya sendiri dan banyak aspek lain nya dalam kehidupan. Dia berkata "Ya, saya dapat melihat dua bata jelek itu, tetapi saya juga dapat melihat 998 batu bata yang bagus" Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lain nya selain dua bata jelek itu. Di atas, di bawah, di sebelah kiri, dan sebelah kanan dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata- batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna, jauh lebih banyak daripada dua bata bata jelek itu. Sebelumnya mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat; saya terbutakan akan hal hal lain nya. Itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu atau tak rela membiarkan org lain melihatnya juga. Itulah sebabnya saya ingin menghancurkannya. tapi sekarang saya dapat melihat batu bata - batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tak terlalu buruk lagi… itu menjadi, seperti yang di katakan pengunjung itu, " Sebuah tembok yang indah" tembok itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh tahun, tetapi saya sudah lupa persisnya di mana dua bata jelek itu berada. Saya benar- benar tak dapat melihat kesalahan itu lagi… Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau cerai karena semua yang merka lihat dari diri pasangannya adalah "dua bata jelek"? Berapa banyak di antara kita yang depresi atau bahkan ingin bunuh diri, karena semua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah "dua bata jelek"? Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang bagus.. di atas, di bawah, di sebelah kiri, sebalah kanan… dari yang jelek… tetapi pada saat itu kita tak dapat melihatnya. Malahan setiap kali kita melihat, mata kita hanya terfokus pada kekeliruan yang kita perbuat. Semua yang kita lihat adalah kesalahan, dan kita mengira hanya kekeliruan semata, karenanya kita ingin menghancurkannya. Dan terkadang, sayang nya, kita benar-benar menghancurkan sebuah "tembok yang indah" Kita semua memiliki "dua bata jelek" tetapi bata yang baik di dalam diri kita masing - masing, jauh lebih banyak daripada yang jelek. Begitu kita melihat nya, semua akan tampak tak begitu buruk lagi. bukan hanya kita dapat berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita. dari milis motivasi

cinta seorang ayah

Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur. Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Ayah di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. "Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu." Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Ayah selalu tersenyum bangga. "Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku.". Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. "Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi.." Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. "Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter," katanya. "Kau pasti bisa kuliah. ayah jamin." Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan. Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah. Setelah menikah, kuceritakan kepada Susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika ayah diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. "Kalau kau sudah tamat kuliah," katanya dengan mata berkilat-kilat, "kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau." Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Ayah. "Mungkin popoknya basah," kata Susan, lalu dibawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya. Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. "Lihat," katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin. Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan. Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama.. Kami tak kuasa berkata-kata. Kerabat Imelda, Ini sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang ayah ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Ayah ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang ayah, disiplin dan pantang menyerah. Saya percaya anaknya belajar semua itu walaupun ayahnya mungkin tidak pernah menjelaskan semua itu karena anak belajar jauh lebih banyak dari melihat tingkah laku orangtuanya dibanding apa yang dikatakan orangtuanya. dari milis motivasi

berkah sahabat

Ini kisah persahabatan dua anak manusia. Yang seorang adalah putra presiden, yang lain pemuda rakyat jelata bernama Pono. Persahabatan ini sudah terjalin sejak mereka masih di bangku sekolah. Pono punya kebiasaan yang kadang menjengkelkan. Apa pun peristiwa yang terjadi di depannya selalu dianggap positif. “Itu Baik!” katanya senantiasa. Hari itu seperti yang sering mereka lakukan, Pono menemani sahabatnya berburu. Tugasnya membawa senapan dan mengisi peluru agar selalu siap digunakan. Entah kenapa, barangkali belum terkunci secara sempurna, setelah diserahkan kepada sahabatnya senapan itu meletus. Akibatnya cukup fatal.Ibu jari putra presiden terkena terjangan peluru dan putus. Melihat itu Tanpa sadar dengan kalemnya Pono berkomentar. “Itu Baik!” Kontan sahabatnya naik pitam. “Bagaimana Kau ini! Jempolku putus tertembak, malah dibilang Baik. Brengsek!” Agaknya, kali ini kelakuan Pono tak termaafkan. Ia dijebloskan ke penjara. Beberapa bulan kemudian, sang putra presiden kembali pergi berburu ke Afrika. Malang, ia tersesat di hutan lebat dan ditangkap suku primitif yang masih kanibal. Malam harinya, dalam keadaan terikat ia akan dibakar untuk disantap ramai-ramai. Anehnya, mendadak ia dibebaskan. Belakangan ketahuan, suku tersebut pantang memangsa makhluk yang organ tubuhnya tidak lengkap. Nasib baik itu membuat sang putra presiden termenung. Ia teringat kembali peristiwa ketika jempolnya putus tertembak lantaran ulah Pono. Ia kemudian menemui Pono di penjara. “Ternyata Kau benar. Ada baiknya jempolku tertembak,” katanya sambil menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya di Afrika. “Aku menyesal telah memenjarakanmu.” “Oh, tidak!’ Bagiku, ini Baik!” “Bagaimana kau ini? Memenjarakan teman kau bilang baik?” “Kalau aku tidak dipenjara, pasti saat itu aku bersamamu.” Kerabat Imelda/ Kisah satir ini mengingatkan pada pernyataan Randolph Bourne, intelektual Amerika yang juga anak didik John Dewey. Katanya, seorang teman itu memang dipilih untuk kita berdasarkan hukum perasaan yang tersembunyi, bukan oleh kehendak sadar kita si manusia. dari milis motivasi

indahnya bekerja

Pagi hari motor sudah berbunyi. Hana putri saya menyapa, 'Ayah mau berangkat kerja ya?' saya menjawab dengan menganggukkan kepala. "Hana bareng ya yah..berangkat sekolah.' Pagi hari berangkat sekolah sambil mengantar Hana sekolah. Lambaian tangan istri saya turut menyertai disaat motor melaju. Menikmati indahnya matahari pagi, bertegur sapa dengan tetangga adalah kebahagiaan tersendiri buat saya. Bekerja itu pada dasarnya menyenangkan sebab letih karena bekerja terasa lebih nikmat daripada lebih karena tidak mengerjakan apapun. Itulah sebabnya bekerja keras berapapun hasilnya yang penting halal akan membawa keberkahan di dalam hidup kita, di dalam keberkahan itulah yang mendatangkan kebahagiaan dan ketenteraman dihati bagi kita dan keluarga kita. Apabila kita dalam kesendirian, tidak ada aktifitas pekerjaan akan membuat tubuh kita terasa letih dan mudah lelah. Keletihan itu menyerap segala energi yang ada dipikiran, hati dan tubuh kita. Apalagi sudah tidak ada aktifitas ditambah dengan keinginan bermacam-macam akan membuat hati dan pikiran menjadi tidak jernih sehingga mudah marah dan tersinggung karena hal-hal yang sepele. Berbeda jika kita bekerja dan ada aktifitas produktif, dengan bekerja kita mempunyai kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain sehingga pekerjaan dan profesi yang kita jalani membawa ketenteraman di dalam hati. Maka nikmatilah pekerjaan kita, karena memang bekerja adalah ibadah, pengabdian kita kepada Tuhan dan sudah menjadi tanggungjawab kita sebagai seorang umatNya. Sekalipun letih dan lelah dengan cepat membuat tubuh dan pikiran kita menjadi bugar kembali. Apalagi disaat menerima hasilnya atau gajian tiba.. ya kan? :) ditulis oleh Agus Syafii dari milis motivasi

berbicara dengan hati bukan jari

ADIL jengkel betul dengan istrinya. Sepanjang liburan akhir pekan keduanya sepakat memilih beristirahat di rumah. Lima hari bekerja membuat mereka ingin melemaskan otot-otot. Sekaligus tentu saja mempererat tali cinta diantara mereka berdua. Maklum, mereka belum lagi genap dua tahun menikah. Buah hati yang menjadi dambaan mereka tak kunjung datang. Mungkin Yang Di Atas belum memberikan mereka kepercayaan. Begitu keduanya menghibur diri. Tapi akhir pekan yang seharusnya indah justeru berubah menyebalkan. Seharian Anita, sang istri, hanya berada di kamar. Mungkin saja letih. Dia ingin istirahat penuh. Namun yang membuatnya jengkel, Anita terus menggenggam gadget kesayangannya. Anita kadang tertawa sendiri. Sampai kadang dia tak ingin jauh dari colokan listriknya. Gadget kesayangannya itu sering kehilangan tenaga, sehingga terpaksa harus dicharge. Adil geleng-geleng kepala. Namun Anita cuek bebek. Katanya, dia sedang asyik mengobrol dengan teman yang lama tak dijumpainya. Bertemu di jejaring sosial facebook, mereka kemudian bertukar nomor PIN. Lalu itulah yang terjadi, mereka mengobrol ngalor-ngidul sesuka hati. Adil pun memilih untuk keluar rumah dan mengobrol dengan tetangga. Ponsel cerdas itu menjadi booming di dunia, termasuk Indonesia. Apalagi setelah beberapa tokoh dunia dan seleb memakainya juga. Kelebihan menggunakan gadget ini dibandingkan dengan ponsel biasa memang beragam, Kedekatan seseorang di dunia maya seakan-akan tidak lagi terpisahkan oleh ruang dan waktu. Tak aneh bila kemudian muncul istilah, 'mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.' Namun memakai gadget ini bukan tak ada kekurangannya sama sekali. Contohnya, ya itu, interaksi antara Adil dan Anita menjadi tak nyaman. Ketika seseorang berasyik masyuk dengan dirinya dan dunianya sendiri, serta tidak memperdulikan lingkungan sekitar, apalagi menjadikannya sebagai ketergantungan yang sangat, Tapi nyatanya memang, menurut penelitian, ketergantungan akan gadget menyebabkan seseorang menjadi tak fokus. Bahkan para uskup senior di Liverpool, Inggris menantang umatnya untuk berpuasa teknologi selama 40 hari. Mereka mendorong masing-masing orang untuk memangkas penggunaan karbon dengan tidak memakai sejumlah gadget. Gadget dibuat dengan tujuan membantu si pemakainya. Untuk menjadikan urusan berjalan dengan efektif dan efisien. Ambil satu contoh, misalnya saja ketika diadakan rapat penting. Saat dalam rapat membutuhkan komunikasi rahasia di antara peserta rapat, tentu saja cara yang cerdas dengan menggunakan gadget yang tersedia. Tetapi pada kenyataannya, yang kerap kita jumpai, teknologi yang awalnya dirancang untuk membantu kehidupan manusia, malah justeru membuat kita semakin menjauh satu dengan lainnya. Menjauh dari orang-orang yang kita kasihi, dan menjauh pula dari Tuhan yang sesungguhnya dekat dengan kita. Dengarlah apa yang dikatakan Eric Schmidt, CEO Google, dalam pidatonya di University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada 18 Mei 2009 lalu dihadapan enam ribu wisudawan. Schmidt berujar, "Matikan komputermu. Matikan juga ponselmu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu." Schmidt mengatakan demikian setelah melihat banyaknya kaum muda yang hanya terpaku pada dunia virtual di internet. Seakan tak peduli untuk berelasi dengan orang lain. Itulah yang dirasakan Adil sekarang. Ia merasa jauh sekali dari istrinya. Adil sesungguhnya tak menuntut lebih dari Anita. Adil hanya ingin Anita menghentikan sekali saja pada saat mereka berada di rumah. Apalagi disaat-saat mereka sedang berdua atau liburan. Baginya komunikasi yang baik bukan lagi semata dengan jari-jari, walau teknologi sudah maju. Berbicara dengan tatap muka, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh tentu lebih memanusiakan diri. Kita seharusnya memang dapat berhenti sejenak dari kegaduhan dunia virtual dan kembali pada 'habitatnya' sebagai makhluk sosial. diyulis oleh Sonny Wibisono,

seporsi sate pak yadi

SELESAI meeting, Ratno pun berpamitan. Hasil yang menggembirakan. Klien setuju dengan proposal yang diajukan timnya. Jabat tangan erat menghangatkan malam yang basah. Pertemuan di restoran itu pun usai. Semua tersenyum senang. Ratno ingin segera pulang, dia teramat letih. Namun kemana Yadi? Sopir kantor yang sedianya siap di halaman parkir. Lagi pula restoran ini tidak memiliki area parkir yang luas. Hanya muat enam hingga delapan mobil. Semestinya, Avanza hitam ada di sana. Ratno menengok ke kiri dan ke kanan. Tak kelihatan. Sampai akhirnya dia pun memencet tuts ponselnya. Yadi, sopir kantornya pun menjawab akan segera kembali dalam waktu lima menit. Lima belas menit berlalu, tak terlihat lampu mobilnya masuk. Ratno kian gelisah. Sempat terpikir untuk naik taksi saja ke kantor. Tapi niat itu urung karena mobil Avanza hitam sudah masuk ke halaman parkir. Ratno yang kesal langsung masuk mobil, dan hampir menumpahkan kekesalannya, bila Yadi tak segera menyambut dengan senyum dan permintaan maaf. Mata Ratno menoleh sesuatu. Di kursi depan teronggok satu bungkus plastik berwarna hitam. Rupanya itu yang membuatnya datang terlambat. Tercium bau sate menusuk hidung dari bungkus plastik tersebut. Sepuluh tusuk sate daging ayam masih terasa hangat. "Buat ibu saya pak, tapi ngantrinya lama banget, maaf ya pak," kata Yadi sekali lagi. Yadi pun berkisah tentang ibunya yang sudah tua dan susah menemukan selera makannya. Nah, biasanya dengan menu sate ayam seperti ini dia mau makan. "Biasanya lahap," kata Yadi lagi. Si Ibu yang kini tersisa. Ayahnya sudah lama wafat. Ibu dan ayah mertuanya pun demikian. Ratno tak mau bertanya banyak lagi. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Kalau saja sate yang dibelikan Yadi untuk ibundanya ditaruh di mobil, sudah pasti akan dingin begitu sampai di rumah. Pertama, dia harus mengantarkannya pulang ke rumah. Lalu Yadi kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil. Setelah itu Yadi masih harus menempuh perjalanan belasan kilometer dengan sepeda motornya. Sudah pasti jadi anyep nasib sepuluh sate itu. Di mobil ini saja, sate itu sudah ditiup pendingin udara. "Pak Yadi, AC-nya dimatikan saja. Dingin banget, saya juga pengen merokok." Sebenarnya dia ingin agar sate yang dibawa Yadi tak begitu dingin. Begitu AC di matikan, Ratno membakar rokoknya. Dalam asap yang tersembur, pikirannya tiba-tiba melayang pada ibunya yang sudah sepuh di sudut kota Jakarta. Sudah lama dia tidak menyambangi ibunya itu. Kesibukan pekerjaan dan berbagai problema yang harus dihadapinya sering kali membuatnya lupa untuk sekadar meneleponnya. Tiba-tiba sebungkus sate daging ayam Yadi menohoknya. Yadi, yang penghasilannya tak seberapa bila dibandingkan dirinya, berusaha mati-matian menyisihkan uangnya untuk membeli seporsi sate ayam. Sedangkan dirinya? Dia nyaris melupakan semuanya tentang ibunya, perempuan yang melahirkan dan membesarkannya dengan segala suka dan dukanya. Dia tahu ibunya sangat menyukai roti bakar yang katanya selalu menjadi makanan romantis bersama suaminya yang telah wafat beberapa tahun silam. Ratno membatin. Dia mengambil ponselnya untuk menelepon rumah ibunya. Sayang tak ada jawab. Bik Ummi, wanita yang setia menemani ibunya juga pasti telah terlelap. Tak lama setelah melewati pertigaan, Ratno pun menyuruh Yadi menghentikan mobilnya. Padahal jarak ke kantor masih jauh. Ratno menyuruh sopirnya langsung ke kantor. "Nanti Pak Yadi kemalaman sampai di rumah." Dia sendiri memilih meneruskan perjalanan dengan menggunakan taksi. Betapa indahnya hidup Yadi, yang teramat menyayangi ibunya. Tak lama kemudian, Ratno menyetop taksi. Di kursi belakang taksi berwarna biru itu, dia menahan haru dan perasaaan bersalah. Sebuah janji dicatat dalam hatinya, akhir pekan ini dia akan mengunjungi ibunya. Bersama dengan anak dan istrinya. ditulis oleh Sonny Wibisono dari milis motivasi

batu dan bisikan

Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar. Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak itu yang tampak melintas. Aah…, ternyata, ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang. Cittt….ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, di mundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya seorang anak yang paling dekat, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir. “Apa yang telah kau lakukan!!! Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!” Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. “Kamu tentu paham, mobil baru semacam itu akan butuh banyak ongkos di bengkel kalau sampai tergores.” Ujarnya lagi dengan geram, tampak ingin memukul anak itu. Sang anak tampak ketakutan, dan berusaha meminta maaf. “Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa.” Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. “Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….” Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. “Itu disana ada kakakku. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..” Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. “Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi dia terlalu berat untukku.” Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera, di angkatnya anak yang cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut anak itu. Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. “Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatanmu.” Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka. Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Disusurinya jalan itu dengan lambat, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele. Namun, ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat “Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.”

doa tau diri seorang mantan atheis

Sebagai seorang yang berlatar belakang pendidikan Sarjana Komputer, dan sempat bekerja selama delapan tahun lebih di dunia IT, tentunya dulu aku lebih mengakrabi ‘benda mati’ dibandingkan manusia. Server, PC, Networking, dan kumpulan code-code bahasa pemrograman, menjejali pengalaman ku selama bertahun-tahun. Baru setelah sebuah sentuhan dari hobby motret yang kemudian menjadi salah satu profesi, manusialah yang kemudian menjadi objek utama yang harus selalu –mau tidak mau- mendominasi kepala dan hati. Sejauh ini pengalaman bertutur betapa objek manusia yang luar biasa unik ini, begitu kaya baik akan misteri maupun pencerahan. Sehingga sampailah aku pada sebuah kesimpulan, bahwa manusia adalah guru sekaligus murid bagi manusia lain. Tersebutlah seorang wanita yang bagiku demikian unik. Bukan karena ia adalah adalah client ku, tetapi lebih karena wanita itu adalah seorang atheis. “Saya atheis”, akunya ketika pertama kali bertemu, sembari menunggu reaksi dari ku. Merasa yang ditunggu tak kunjung muncul, wanita itupun berkata, “eergh…tak ber-TUHAN”. Ia menatapku penuh selidik. Aku tersenyum. “Terus kenapa ? Apakah itu masalah bagi orang yang terdaftar sebagai anggota dalam milis Atheis ?”, tanyaku. Kini ganti ia yang tersenyum. “Tapi saya tahu Anda bukan Atheis”, katanya kepadaku. “Ya memang saya bukanlah seorang Atheis. Pikiran dan hati saya tidak mampu menafikan keberadaan NYA”, aku menatapnya dalam-dalam,” Tetapi sebagaimana TUHAN memberikan kebebasan bagi siapapun untuk mengasihi atau membenci, mengakui ataupun mengabaikan Nya, sayapun akan melakukan hal yang sama kepada Anda atau siapapun itu berkaitan dengan sikap mereka terhadap TUHAN”. Itu pertemuan pertama kami. Dalam pertemuan selanjutnya tersingkaplah bahwa sebenarnya ia kini berstatus sebagai ‘mantan’ atheis. Rupanya baru saja ia mendapat pencerahan tentang keberadaan TUHAN. Sebagaimana dunia korporasi yang seringkali mempekerjakan para pimpinan diluar bidang / kompetensi perusahaan tersebut. Tujuannya ? mendapatkan wawasan yang fresh dan sudut pandang yang sama sekali lain. Begitu juga dengan mantan atheis ini. Berbicara tentang TUHAN dengan seorang ulama, pendeta atau pandita memang merupakan sumber yang benar untuk mengenal TUHAN lebih dalam. Namun ternyata berbicara tentang TUHAN dengan seorang mantan atheis, justru menjadi tak kalah lebih mencerahkan. “Kallo persoalan rejeki saya nggak neko-neko”, sambungnya,”sepengas ihan-NYA saja” (sepengasihan = seberapa dikasih oleh TUHAN) “Saya juga tak pernah meminta panjang umur”, katanya, “saya hanya meminta kesehatan. Saya tidak mau panjang umur, tapi ujung-ujungnya menyusahkan orang lain. Baik karena perbuatan yang merugikan ataupun karena menjadi beban bagi orang lain” Sederhana tapi menarik, sementara banyak dari kita yang berdoa membabi-buta demi panjang umur, hanya karena kita takut mati dan merasa selalu kurang dalam mereguk kenikmatan hidup ? Tanpa pernah sedikit berpikir tentang ‘apakah kita memang layak hidup’ atau ‘apakah hidup kita ini berguna untuk orang lain’ sehingga kita berhak meminta bonus panjang umur dari TUHAN. Kalau boleh jujur, jangankan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam, jangan-jangan bagi orang-orang terdekat kita, suami, istri, anak, orang tua ataupun teman, kita lebih dari sekedar persoalan, bahkan sebuah musibah ! Sementara identitas : menjadi rahmat bagi semesta alam -yang merupakan takdir kita- hanya sekedar slogan cantik, yang pada prakteknya ternyata sangat jauh panggang dari api. Kita mengambil, merampas, memperkosa apa saja dan siapa saja demi kepentingan diri kita sendiri. Hanya supaya kita menang, puas dan sukses, persetan dengan apakah itu ternyata merugikan orang lain (semesta alam). Jika itu benar, sepertinya kita harus lebih punya malu untuk berdoa, pada saat ingin berangkat tidur, bekerja atau doa-doa jenis apapun, terutama ketika kita berulang tahun. Supaya jangan pertambahan hari-hari kita tidak membawa rahmat bagi siapapun, namun justru membawa bencana bagi orang lain (semesta alam). Kalau seorang mantan atheis saja, cukup tahu diri untuk meminta pertambahan umur, seharusnya kita-kita yang mengaku dan merasa beragama sejak dari kandungan ini jauh lebih tahu diri dari mereka. Itupun jika keagamaan kita tidak hanya tersimpan dalam dompet pada selembar kertas keras berlapis laminating bernama KTP ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom dari milis motivasi

cinta untuk orang tua

Cinta orang tua sepanjang masa, cinta anak sepanjang galah." Master Cheng Yen pernah berkata,"2 hal yang tidak bisa ditunda adalah beramal dan berbakti kepada orang tua Anda." Konon ada sepasang suami istri lansia hidup di pedesaan di daerah terpencil. Sang suami adalah seorang profesor dan mantan dosen yang sudah pensiun 10 tahun lalu. Sejak 10 tahun pula pasangan tersebut hidup di desa, menjalankan aktifitas berkebun, membaca, jalan-jalan, dan seterusnya selalu bersama-sama. Suatu hari, sang istri tiba-tiba meninggal dunia saat istirahat. Kenyataan tersebut sangat memukul sang profesor. Ia tak pernah menduga akan kehilangan satu-satunya teman hidup yang mencintai dan setia menemani di usia senjanya. Dua minggu berlalu, tetapi sang profesor mulai bertingkah aneh. Ia membagi-bagikan bunga kepada para tetangga dan mengembalikan semua buku yang pernah ia pinjam. Ia bahkan menemui seorang notaris dan menitipkan surat wasiatnya. Pada suatu malam, ia menulis surat wasiat lagi. Di hadapannya sudah tersedia sebotol racun yang akan segera ia tenggak agar dapat menyusul cintanya yang sudah pergi mendahului. Belum sempat ia meraih botol racun tersebut, tiba-tiba telponnya berdering. Dengan terpaksa ia bangun dari tempat duduk dan meraih gagang telpon. Di seberang telpon ia mendengar suara yang sangat ia kenal. "Ayah, saya sekarang ada di bandara. Saya ingin pulang ke rumah dan mendampingi ayah," ujar putri satu-satunya. Profesor tersebut sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Ia merasa masih disayangi dan dicintai. Serta merta ia mengurungkan niat minum racun. Suatu ketika ia bercerita kepada salah seorang temannya, "Sesuatu yang paling berkesan sehingga saya urung bunuh diri, bukanlah ilmu pengetahuan, dokter jiwa, atau kekayaan, melainkan perasaan dicintai." Suatu ketika nanti akan tiba saat kehadiran kita sangat dibutuhkan oleh orang tua, nenek dan kakek, atau siapapun yang telah merawat dan membesarkan kita. Bila saat tersebut tiba, mungkin mereka tak pernah mengaku atau berterus terang bahwa mereka sangat membutuhkan kehadiran kita. Keadaan mereka mungkin mirip dengan keadaan kita sewaktu masih bayi dan sangat membutuhkan kasih sayang and perlindungan mereka. Sekarang mereka membutuhkan kita seperti kita dulu membutuhkan mereka untuk dapat bertahan hidup; mandi, makan, berpakaian dengan layak, dan lain sebagainya. Mungkin kita tak pernah ingat semua kebaikan mereka, tetapi kita harus pahami bahwa mereka telah mencurahkan kasih sayang dan perhatian terbaik untuk kita. Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang telah berjasa itu akan memasuki usia senja. Lalu apakah kita sudah mempersiapkan segala hal untuk membahagiakan dan memberikan rasa nyaman kepada mereka? Tentu saja kita akan memerlukan sejumlah dana, kesabaran atau kemampuan selalu bersikap baik kepada mereka. Mungkin akan terasa berat memberikan perhatian lagi kepada mereka, tetapi cobalah menyimak beberapa hal berikut ini agar kita selalu dapat mengingat perhatian dan kasih sayang mereka yang luar biasa. 1. Ingatlah bahwa merekalah yang menjadikan diri Anda seperti sekarang ini. Mereka memperhatikan semua kebutuhan Anda, setidaknya sampai usia Anda 10 tahun. Ketika kita masih bayi, mereka tak segan mengganti popok, memandikan, menimang, dan kurang tidur karena harus menjaga Anda. Pikirkan bahwa sangat banyak yang telah mereka lakukan untuk Anda. 2. Mereka selalu memberikan yang terbaik untuk Anda. Mereka memilih Anda hadir ke dunia dengan memberi Anda segala yang terbaik dengan sekuat tenaga dan seluruh kemampuan mereka. Adakah tanda cinta lain yang lebih penting dari semua itu? 3. Mereka telah banyak berkorban agar Anda mendapatkan kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan kehidupan mereka sendiri. Apakah Anda sudah mengetahui dan menghargai hal itu? Tidakkah Anda ingin melakukan hal yang sama untuk mereka? Saya hanya ingin menyampaikan bahwa mereka telah berjuang dan berkorban lebih banyak dari yang pernah Anda dengar atau ketahui. Mereka berusaha keras agar kehidupan Anda relatif lebih mudah. Tidakkah Anda ingin membalas segala yang telah mereka berikan? Sebab mereka berhak mendapatkan kehidupan yang layak, setidaknya kehidupan yang sama seperti yang telah mereka usahakan untuk Anda. Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk cinta kita kepada orang tua atau orang-orang yang telah membesarkan kita. Salah satunya adalah dengan mengajak mereka berkomunikasi. Gunakanlah kata-kata yang baik, dan jangan pernah menggunakan kata-kata negatif atau kasar karena pasti hal itu akan membuat hati mereka terluka. Berikan yang terbaik untuk mereka dengan sepenuh hati. Luangkan waktu bersama, bersikap menyenangkan serta menentramkan hati mereka. Jangan segan jika harus mengagendakan waktu atau biaya ekstra untuk menyenangkan atau untuk perawatan kesehatan ketika mereka sakit. Mulailah memberikan yang terbaik untuk mereka sekuat tenaga, sebagai bentuk cinta kita terhadap mereka. Sebab jika mereka sudah tidak ada, Anda tidak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan membalas cinta kasih mereka. Sekali lagi, jika bukan dari sekarang, belum tentu esok masih ada kesempatan! Oleh: Andrew Ho * * Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best-seller.

mengapa lari dari cinta

Wanita itu menatap sang pria yang baru saja mengajaknya kenalan. Ia hampir saja mengucapkan namanya seperti yang diminta oleh si pria. Tapi kemudian dia melontarkan sebuah ide, “Bagaimana bila kita tak perlu tahu nama kita masing-masing?” “Mengapa?” Tanya pria itu keheranan “Karena aku ingin malam ini jadi malam yang indah. Coba lihat, kita ketemu di pesta pernikahan teman kita. Kita tidak saling kenal, tapi kita saling tertarik. Mungkin lebih baik malam ini kita berbicara santai, menikmati dinner bersama dan dansa bersama pada saat acara dansa dimulai, kemudian setelah selesai, kita pulang ke rumah masing-masing tetap tanpa tahu siapa diri kita masing-masing. Pulang ke rumah dengan perasaan bahagia….” Pria itu menatap heran pada si wanita, “Mengapa harus begitu?” “Agar kenangan indah ini berlangsung abadi! Coba bayangkan, saat kita tua nanti dengan rambut putih memenuhi kepala, dan beragam masalah kita hadapi, kita akan memiliki suatu kenangan indah untuk menghibur diri. Kenangan akan malam ini. Kenangan yang tak akan pernah rusak. Karena telah tersimpan abadi di masa lalu dengan tanpa cacat sedikitpun. Karena memang kita tak merusaknya dengan berantem satu sama lain, dengan perbedaan pendapat, dengan rasa cemburu, dengan kekecewaan….” Pria itu memandang takjub pada si wanita yang didapannya. Ide itu sungguh-sungguh terdengar gila. Karena sesungguhnya ia begitu ingin kenal lebih jauh. Tapi kemudian ia malah mengangguk perlahan. Dan malam itu, mereka berbicara, menyantap makan malam dan berdansa dengan indahnya. Menciptakan kenangan indahnya sendiri. Dan kemudian berpisah, tetap tanpa mengenal siapa nama asli satu sama lainnya… Akhirnya si pria keesokan harinya terus kepikiran wanita tersebut. Hidupnya menjadi gelisah. Ia pun kemudian memutuskan untuk mencari tahu siapa wanita itu. Ia tak lagi peduli apabila dengan pertemuan berikutnya, mungkin memang akan menimbulkan kekecewaan dan akhirnya merusak kenangan indah abadi yang sudah mereka simpan untuk masa tua kelak. Ia tak peduli, ia ingin lebih mengenal lagi pujaan hatinya tersebut. Ia siap kecewa karena cinta daripada tidak bisa mengekspresikan apa yang ia rasa. Rasa cinta yang kini begitu bergemuruh di dadanya. Ia tidak bisa lari dari cinta… (cuplikan film seri “When I met your mother – session 1” yang ditayangkan oleh Star World) ditulis oleh Ruli Amirullah dari milis motivasi

petani dan puteranya

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: “Wahai Pak Tani, sungguh malang nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni “koleksi” kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya. Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya. Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat. Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa2 yang kita sebut hari ini sebagai “kesialan”, barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju “keberuntungan” . Maka orang-orang seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk “menghakimi” kejadian dengan label-label “beruntung”, “sial”, dan sebagainya. Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu “kesialan”, manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain. Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian –kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas dan apapun namanya . . . .yang selama ini kita sebut dengan “kesialan” , “musibah ” dll , karena .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu...

papan dan rayap

Dikisahkan dua orang laki-laki bekerja keras membuat sebuah perahu. Ketika sedang sibuk bekerja mereka berdua menemukan rayap disebuah papan. Salah seorang dari mereka kemudian ingin membuang papan itu tapi temannya melarang. Dia berkata, ”kenapa papan ini dibuang? Kan sayang. Lagipula tidak ada masalah. Cuma kena rayap sedikit saja.” Karena tidak ingin mengecewakan temannya, papan yang ada rayapnya pun digunakan untuk membuat perahu. Selang beberapa hari, perahu pun selesai dan sudah bisa digunakan untuk melayari lautan. Tapi beberapa tahun kemudian, rayap-rayap itu ternyata bertelur dan menetas. Rayap-rayap itu kemudian menggerogoti kayu kapal. Bahkan rayap-rayap itu menyebar kemana-mana hingga memakan kayu yang ada di lambung kapal. Kapal terus digunakan dan tak seorang pun sadar hingga akhirnya, kayu-kayu perahu itu pun mulai keropos. Dan, ketika dihantam oleh ombak besar, air berhasil menembus masuk dari celah-celah dan lubang-lubang kayu. Karena hujan juga sering turun dengan deras, para awak perahu tidak mampu lagi menguras air yang masuk ke dalam perahu sehingga akhirnya perahu itu karam. Di dalamnya terdapat barang-barang berharga dan nyawa manusia. Kerabat Imelda, Kalau saja kita sadar bahwa malapetaka besar ini sebenarnya berasal dari hal yang remeh dan tidak berharga seperti papan yang sudah kena rayap. Kalau saja ketika membuat perahu dahulu papan itu dibuang, tentu saja malapetaka ini bisa dicegah. Dan, begitulah kalau pada kenyataannya kita sering tidak sadar kalau perbuatan-perbuatan kesalahan kecil dan remeh yang kita lakukan kadang-kadang justru malah menimbulkan malapetaka besar. dari milis motivasi

benarkah Tuhan memberikan yg terbaik

Bila Tuhan CEPAT mengabulkan doa kita. Maka Tuhan menyetujui bahwa yang kita minta itu memang yang terbaik untuk kita. Bila Tuhan LAMBAT mengabulkannya. Artinya tuha ingin menguji kita. Apakah kita akan berusaha keras untuk mengejar/mewujudkan permintaan tsb. Apakah permintaan kita itu memang benar-benar yang kita inginkan. Apakah yang kita minta itu benar-benar memang terbaik untuk kita. Karena yang kita inginkan belum tentu terbaik untuk kita. Bila Tuhna TIDAK mengabulkan doa kita. Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya permintaan kita itu telah dikabulkan Tuhan dengan sesuatu yang lebih indah dan lebih membahagiakan. Hanya saja kita sering baru menyadarinya setelah bertahun-tahun kemudian. Tetaplah berprasangka baik pada Tuhan dalam keadaan apapun. Karena apapun yang sedang dan telah terjadi, sesungguhnya itulah yang terbaik bagi kita. Sehingga kita berkewajiban untuk SELALU IKHLAS dan MENSYUKURI apa pun kondisi kita. dari milis motivasi

obrolan dengan malaikat

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depanruang kerja pertama dan berkata, ” Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Tuhan diterima”. Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia. Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya”. Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi. Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangatkecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. “Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu. “Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?”, tanyaku. “Menyedihkan”, Malaikat-ku menghela napas. ” Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih”. “Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?”, tanyaku. “Sederhana sekali”, jawab Malaikat. “Cukup berkata, “Terima kasih, Tuhan”. “Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri”, tanyaku. Malaikat-ku menjawab, “Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.” “Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.” “Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.” Juga…. “Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan … engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.” “Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia”. “Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan … maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.” “Jika engkau masih bisa mencintai … maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun.” “Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.” “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu .” dari milis motivasi

kura kura

Alkisah, di tepian sungai sebuah hutan, tampak seekor kura-kura sedang berjalan di sana. Mendekatlah sahabatnya, seekor pelanduk. “Hai kura kura, apa kabar pagi ini?” “Hai juga pelanduk. Yah…beginilah aku. Jalanku lambat dan tidak mungkin bisa berlari secepat dirimu,” jawab si kura-kura dengan suara iri. Si pelanduk melanjutkan berkata, “Sobat, seiisi hutan sedang resah saat ini. Raja hutan sedang mengerang kelaparan dan mulai mencari mangsa. Duh, giliran siapa ya yang akan menjadi santapannya kali ini? Jujur saja, aku kasihan kepadamu! Jalanmu begitu lambat, pasti akan menjadi korban empuk bagi sang raja.” Dengan suara memelas si kura-kura berkata, “Sobat, tolong ajari aku cara berlari cepat seperti kamu agar aku bisa menyelamatkan diri bila hendak dimangsa oleh raja hutan.” Si pelanduk setuju dan sejak saat itu, si kura-kura rajin berlatih berlari cepat seperti yang diajarkan oleh pelanduk. Hingga suatu hari, sang raja hutan berada tak jauh dari si kura-kura. Melihat jalan si kura-kura yang (menurutnya) aneh, si raja hutan hanya mengikuti sambil mengeluarkan suara erangan dan mempermainkannya dengan kuku kakinya. Lalu, karena ketakutan yang luar biasa, si kura-kura akhirnya menghentikan usaha berlarinya. Diapun menarik seluruh anggota tubuhnya ke dalam tempurung, terdiam memejamkan mata dan pasrah kepada nasib—menunggu eksekusi dari si raja hutan. Tempurung kura-kura yang diam seperti batu bukanlah benda yang asyik untuk dimainkan, juga bukan barang yang nikmat untuk dimakan. Maka, tidak lama kemudian si raja hutan pun meninggalkan kura-kura. Monyet di atas pohon pun berteriak nyaring ke kura-kura, “Hai kura-kura, bangunlah!! Bahaya sudah berlalu!” Serasa tidak percaya, si kura-kura perlahan menjulurkan kepalanya melihat ke arah monyet, “Huah, aku selamat!” “Benar, engkau selamat! Engkau sungguh hewan yang sangat beruntung karena tempurung perlindunganmu menempel di tubuhmu. Jika ada bahaya mengancam, engkau tidak perlu lari cepat-cepat seperti kami! Maka, tidak perlu belajar berlari cepat seperti pelanduk atau memanjat pohon seperti kami. Karena sesungguhnya setiap makhluk hidup memiliki kelebihan dan kekurangnya masing-masing.” Sambil tertunduk malu si kura menjawab, “Ya, benar! Sobat, terima kasih atas nasihatmu. Sekarang aku tahu, tidak ada yang perlu disesali karena menjadi seekor kura-kura. Tidak harus menjadi seperti makhluk lain. Ternyata, aku juga makhluk yang memiliki kelebihan istimewa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya!” Kerabat Imelda, Setiap orang yang dilahirkan di dunia ini pasti punya manfaat! Juga, pasti memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, kalau kita hanya berfokus pada kelebihan orang lain atau pada kelemahan diri kita sendiri, maka keyakinan dan kepercayaan diri kita sulit dikembangkan. Untuk itu, kita perlu mengenal serta mengembangkan kekuatan/kelebihan kita. Saya percaya, sekecil apapun kemampuan kita pada awalnya, namun kalau kita fokus dan penuh kesungguhan hati dalam mengembangkannya, lambat laun keyakinan dan kepercayaan diri kita akan tumbuh dengan sehat, serta membawa kita pada kemenangan dan kesuksesan. dari milis motivasi